Halaman:Pantjasila oleh Ki Hadjar Dewantara.pdf/27

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

― 21 ―

menjambung kedua2-nja aliran tadi. Jaitu apabila segala pertikaian jg dapat memetjah - belah bangsa dan negara kita itu, kita pulihkan pada satu lapangan jg pokok, jaitu . . . . dasar Kemanusiaan.

Tentang sifat „Esa" atau „Satu", termasuk dalam Pantja - sila ada orang jg mengira, bahwa mungkin disini nanti timbul pertikaian antara golongan2 agama Islam, Kristen, Jahudi dan lain2 agama, jang hanja pertjaja pada adanja Satu Tuhan sadja menurut monotheisme, dengan agama Hindu, Buddha dan lain2 jang dianggap mempunjai beberapa atau banjak Tuhan (polytheisme). Anggapan itu tidak benar, sebab agama2 jg dalam systeem adjarannja nampak seakan-akan pertjaja akan adanja lebih dari pada „Satu Tuhan", sebenarnja tidak begitu. Didalam systeem2 jg dianggap „polytheisme" itu, selalu ada anggapan akan adanja Satu Kekuasaan jang melingkungi seluruh bagian² kekuasaan tadi. Sebutan „Sanghjang Tunggal" misalnja membuktikan adanja Kesatuan; „Sanghjang Wenang" menundjukkan adanja „Kekuasaan jg tertinggi". Baik di Djawa maupun di Bali, dimana masih terus hidup kejakinan2 jg berhubungan dengan agama2 Hindu dari zaman dahulu, hal itu dapat kita saksikan.

Djika kita menjelidiki, apakah kiranja jg mendjadi pokok isi atau adjaran, ig ada didalam sila „Ke-Tuhanan" itu, maka teringatlah kita pada satu perkataan, jg dipakai sebagai nama - sifat untuk semua kitab2 pokok keagamaan di seluruh dunia, seperti Al-Kor'an, Indjil, Taurét, Bhagawad-Gita, dll. sebagainja. Kitab2 itu semuanja dapat sebutan „Kitab - Sutji". Sehingga bolehlah kesutjian itu dianggap sebagai pokok", sebagai „sari" atau „inti" dalam sifat Ke-Tuhanan.

Dimuka telah kami djelaskan adanja hubungan jg erat „Kemanusiaan dan Ke-Tuhanan". Bolehlah sekarang saja terangkan disini, bahwa segala isi jg terkandung dalam pengertian „Kemanusiaan", itu sebenarnja djadi isinja, sarinja dan pokoknja pula dari pada pengertian „Ke-Tuhanan". Kemanusiaan boleh dianggap sebagai dasarnja keluhuran dan kehalusan hidup manusia, sedangkan Ke-Tuhanan adalah laksana sinar matahari dan air jg memberi hidup,