Halaman:Pahlawan nasional Frans Kaisiepo.pdf/25

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

11

Frans Kaisiepo sebagai suku bangsa Biak Numfor telah banyak merasakan kegetiran hidup, karena sewaktu ia masih kecil, kira-kira berumur antara 1 sampai 2 tahun, ibunya meninggal dunia. Kemudian oleh ayahnya, Kaisiepo dititipkan agar diasuh oleh tantenya ( adik dari ayah Frans Kaisiepo) yang bertempat tinggal di Numfor. Pada masa-masa ini Frans Kaisiepo tumbuh dan besar di bawah asuhan tantenya. Ia telah memanfaatkan waktu-waktunya untuk bermain dan bergaul dengan teman-teman sebayanya dan bercengkerama akrab dengan alam sekitarnya serta masyarakatnya, Sungai yang mengalir dan membentang yang memisahkan rumah tempat tinggal dengan lokasi sekolahnya telah menjadi arena tempat bermain-main dan bersenang-senang untuk menghabiskan waktunya bersama teman sebayanya

Kepemimpinan Frans Kaisiepo sejak masih kecil telah nampak. Di dalam setiap permainan yang dilakukan dengan anak sebayanya, Frans Kaisiepo selalu tampil untuk mengepalai teman-temannya. bahkan apabila ada perselisihan di kalangan mereka dengan kelompok lainnya umpamanya, ia maju sebagai pimpinan untuk melawan anak-anak dari kampung lainnya.

Sejalan dengan pertumbuhan fisik, kepribadian Frans Kaisiepo juga berjalan semakin matang dan sesuai dengan pergantian hari, bulan, dan tahun tanpa terasa ia telah tumbuh menjadi seorang anak dewasa. Kedewasaan tersebut selain ditentukan oleh faktor lingkungan budaya dan sosial ekonominya, juga ditentukan oleh faktor pendidikan informal dan formal yang telah ditekuninya selama ini seperti pengalaman hidup dalam keluarga, dalam hal ini tantenya dan ajaran agama Kristen Protestan yang diterimanya telah menjadikan Frans Kaisiepo menjadi seorang anak yang semakin dewasa dan mengerti akan arti serta makna kehidupan yang sebenarnya. Melengkapi sifat positif yang telah dimiliki oleh Frans Kaisiepo adalah ditunjang oleh cepatnya ia beradaptasi dengan alam lingkungannya. Hal ini telah menyebabkan banyak orang cepat menyenangi kepribadiannya. Begitu juga jiwa kepemimpinan Frans Kaisiepo terus lumbuh sebagai tunas di dalam lingkungan keluarga dan lunas tersebut terus mekar mengikuti arus zaman.2


2) Wawancara dengan Bapak Ds David Prawar, tanggal 19 februari 1986 di Mess Cendrawasih, Jalin K H. Mas Mansyur 63 Jakarta Pusat; Wirwancara dengan ibu Maria Magdalena Moorwahyudi, tinggal 1 April 1995 di Jalan Setasiun Batutulis, Bogor