deradjat dunia Islam pada mulanja sukarlah ditjari bandingannja. Rusaknja kebesaran-nasional, rusaknja sosialisme Islam bukanlah disebabkan oleh Islam sendiri; rusaknja Islam itu jalah oleh karena rusaknja budi-pekerti orang-orang jang mendjalankannja. Sesudah Amir Muawiah mengutamakan azas dinastis-keduniawian untuk aturan Chalifah, sesudahnja ,,Chalifah-chalifah itu mendjadi Radja", maka padamlah tabiat. Islam jang sebenarnja. ,,Amir Muawiah-lah jang harus memikul pertanggungan djawab atas rusaknja tabiat Islam jang njata bersifat sosialistis dengan sebenar-benarnja", begitulah Oemar Said Tjokroaminoto berkata, Dan, dipandang dari pendirian nasional, tidakkah Islam telah menundjukkan tjontoh-tjontoh kebesaran jang mentjengangkan bagi siapa jang mempeladjari riwajat-dunia, mentjengangkan bagi siapa jang mempeladjari riwajat-kultur?
Islam telah rusak, oleh karena jang mendjalankannja rusak budi-pekertinja. Negeri-negeri Barat telah merampas negeri-negeri Islam oleh karena pada saat perampasan itu kaum Islam kurang tebal tauhidnja, dan oleh karena menurut wet evolusi dan susunan pergaulan-hidup bersama, sudah satu ,,historische Notwendigkeit". satu keharusan-riwajat, jang negeri-negeri Barat itu mendjalankan perampasan tahadi. Tebalnja tauhid itulah jang memberi keteguhan pada bangsa Riff menentang imperialisme Sepanjol dan Perantjis jang bermeriam dan lengkap bersendjata!
Islam jang sedjati tidaklah mengandung azas anti-nasionalis: Islam jang sedjati tidaklah bertabiat anti-sosialistis. Selama kaum Islamis memusuhi faham-faham Nasionalisme jang luas-budi dan Marxisme jang benar. selama itu kaum Islamis tidak berdiri diatas Sirothol Mustaqim; selama itu tidaklah ia bisa mengangkat Islam dari kenistaan dan kerusakan tahadi! Kita sama sekali tidak mengatakan jang Islam itu setudju pada Materialisme atau perbendaan; sama sekali tidak melupakan jang Islam itu melebihi bangsa, super-nasional. Kita hanja. mengatakan, bahwa Islam jang sedjati itu mengandung tabiat-tabiat jang sosialistis dan menetapkan kewadjiban-kewadjibannja jang mendjadi kewadjiban-kewadjibannja nasionalis pula!
Bukankah, sebagai jang sudah kita terangkan, Islam jang sedjati mewadjibkan pada pemeluknja mentjintai
16