Mengetahui kapal andalan armadanya hancur, Laksamana Sam Po Tua Lang memilih untuk menahan diri tidak melakukan agresi lebih lanjut. Sukar baginya untuk percaya bahwa kapalnya yang canggih hancur oleh satria yang menunggangi kuda terbang. Ia bertanya-tanya siapakah gerangan satria dengan kuda terbang tersebut. Beberapa saat kemudian, ia mendapatkan kabar bahwa penunggang kuda itu adalah Raja Sumenep. Fakta inilah yang membuatnya menjadi memiliki perasaan sedikit gentar kepada Kerajaan Sumenep. Ia lantas memutuskan untuk tidak meladeni lebih lanjut Jokotole dan melanjutkan pelayaran armadanya ke barat menyusuri pantai utara Jawa.
Mendengar kemenangan ini, rakyat Sumenep bersukacita dimana-mana. Banyak kerajaan yang bangga pada Jokotole dan mengirimkan surat pujian akan keberanian Jokotole. Perayaan kemenangan pun dilaksanakan secara besar-besaran menyambut kepulangan tentara Jokotole kembali dari perang.
Adapun Adipoday, setelah membantu Jokotole melawan Sam Po Tua Lang, memutuskan menghentikan pengembaraannya dan berjalan menuju Sumenep untuk menemui anaknya tersebut. Dalam kondisi rakyat yang bergembira, tidak ada yang menyangka bahwa Adipoday akan turun gunung. Melihat ayahnya turun gunung, Jokotole dan istrinya makin bertambah sukacita. Mereka berdua langsung memberi hormat pada Adipoday. Para abdi dalem yang melihat datangnya Adipoday dengan tergesa-gesa memberitahukan kepada Raden Ayu Potre Koneng. Raden Ayu Potre Koneng pun bergegas menghampiri Adipoday dengan berlinangan air mata. Mereka pun berpelukan.
74