Lompat ke isi

Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/88

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Bermana penguasa kerajaan Kelleng, untuk mengirimkan ahli persenjataan yang dapat membuat senjata yang efektif, tidak menguras banyak waktu dan tenaga. Mendapatkan permintaan khusus dari anak kesayangannya tersebut, ia lantas mengutus beberapa insinyur untuk membuat senjata yang bagus.

Insinyur-insinyur tersebut membuatkan kapal yang dapat terbang di udara, yang dilengkapi persenjataan lengkap sejenis meriam yang pelurunya ditembakkan oleh bubuk terusi dan panah yang dapat dibidik dengan cepat. Dengan adanya senjata ini, armada Sam Po Tua Lang menjadi semakin menyeramkan. Mereka tidak saja unggul di lautan, tetapi juga di udara.

Para prajurit Jokotole belum pernah menjumpai tentara yang dapat terbang dan mengeluarkan tembakan-tembakan meriam dan panah dari udara. Karena kurang pengalaman, tentara Jokotole terdesak mundur. Banyak diantara tentara Jokotole yang gugur. Mengetahui hal ini, Jokotole marah besar sekaligus juga hilang akal. Melawan dengan panah musuh yang terbang yang aktif menembakkan senjata tentu saja sangat sulit, apalagi musuh itu selalu bergerak. Untung saja Jokotole teringat pada ayah dan pamannya dan segera berkonsultasi batin dengan mereka. Kedua orang sakti tersebut berkenan membantu Jokotole tetapi dengan cara gaib. Adipoday menyuruh Jokotole untuk memanggil kuda sakti Mega Remeng dan memintanya menunggangi kuda itu kembali ke Keraton Sumenep untuk mengambil cemeti sakti yang dulu diberikan Adipoday.

Dengan segera ia memanggil Mega Remeng yang langsung membawanya terbang balik ke keraton untuk mengambil cemeti. Sekembalinya dari keraton, Jokotole telah siap segalanya menghadapi serangan kapal terbang tersebut dan membakar semangat tempur bala tentaranya.

Mengetahui bahwa pimpinan mereka Jokotole terbang dengan kuda terbang, keyakinan mereka akan datangnya kemenangan muncul kembali. Mereka berteriak-teriak penuh semangat menyambut datangnya Jokotole dan kembali bersiap di garis pantai. Jokotole menarik tali kekangnya hingga si Mega Remeng tersebut berjingkrak mengangkat kaki depannya sebagai tanda dimulainya lagi

72