Lompat ke isi

Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/74

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Pernikahan Jokotole dengan Dewi Retnadi dilaksanakan secara besar-besaran. Pesta diadakan semalam suntuk. Tapi sebagian rakyat merasakan tidak puas dengan pernikahan itu. Pertama karena secara fisik, pernikahan itu begitu tidak imbang. Jokotole yang sangat tampan, menikah dengan anak raja yang buruk rupa. Selain itu, rakyat yang sudah tahu akan jasa-jasa Jokotole merasa sayang dan kecewa, mengapa orang yang berjasa kepada Kerajaan Majapahit hanya diberi hadiah putri yang buruk rupa. Seharusnya, raja bersikap adil dan memilihkan putri yang tercantik untuk Jokotole. Komentar-komentar miring tentang pernikahan itu hinggap juga ke telinga Jokotole. Tapi semua komentar itu ditanggapinya dengan santai seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Boleh saja masyarakat berkomentar apa saja akan keduanya, tetapi Jokotole merasa, selama pernikahan itu tidak menggangegu siapa pun, hal itu tidak masalah. Selain itu, Jokotole yang telah mendapatkan pelatihan batiniah dari Adirasa bisa merasakan, bahwa istrinya yang kata orang buruk rupa ini, kelak akan memberikan kebahagiaan yang luar biasa pada kehidupannya.

Untuk meredam komentar-komentar miring dari masyarakat, serta untuk menjaga nama baik Prabu Brawijaya, Jokotole memutuskan untuk mengajak Dewi Retnadi pulang ke Madura. Jokotole takut jika dirinya tetap di Majapahit, konflik dirinya dengan sang patih dan orang-orang yang tidak suka padanya akan semakin runcing. la tidak takut menghadapi sang patih, tetapi ia tidak ingin membuat Prabu Brawijaya menjadi gundah. Setelah meminta restu pada Raja, Jokotole pergi dengan menggandeng tangan istrinya yang buta. Mereka berdua tidak membawa banyak bekal, hanya buntalan pakaian dan sebuah tongkat wasiat yang dulu pernah diberikan seorang kakek kepada Dewi Retnadi untuk memandunya berjalan. Raja mengizinkan karena ia paham, Jokotole adalah laki-laki yang baik dan tidak akan mungkin menyia-nyiakan putrinya. Mereka melakukan perjalanan dengan bersahaja, tanpa diiringi pengawalan dari raja.

Selepas Jokotole pergi, patih mulai kambuh lagi sifat jeleknya. Ia menjelek-jelekan Jokotole dan menyatakan Jokotole sebagai pemuda yang jelek akhlaknya. Pemuda yang tidak tahu malu dan tidak tahu terimakasih. Sudah diberi hadiah putri raja, Jokotole malah kabur ke

58