Jokotole lantas mengumpulkan para pekerja dan menceritakan apa yang akan dilakukannya dan apa yang harus mereka persiapkan. Mereka yang mendengar perintah Jokotole menjadi bingung, takut dan menganggap Jokotole telah gila. Empu Kelleng semula menolak, namun akhirnya pasrah pada keputusan anaknya itu. Ia tahu bahwa anaknya itu adalah anak yang luar biasa. Tapi untuk dibakar hidup-hidup, itu adalah suatu hal yang terlalu mengerikan yang ada dalam pikirannya.
Jokotole dengan tegas memastikan apa yang dilakukannya bukanlah suatu hal yang gila, namun sebuah metode yang baru yang dia dapatkan dari pamannya Adirasa. Ia juga menenangkan ayahnya dan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Akhirnya hati Empu Kelleng luruh dan menerima keinginan Jokotole dengan pasrah. Adapun empu dan pekerja yang lain, mereka dengan rasa enggan dan takut-takut, mempersiapkan juga beberapa ember air yang dimasukkan dalam jambangan, tempat berukuran besar, serta baju pengganti yang seukuran dengan tubuh Jokotole.
Setelah semuanya siap, Jokotole mulai membakar kayu. Api berkobar dahsyat, dan panasnya mampu menyentuh para penonton yang ada di sekitar tumpukan kayu termasuk juga sang Raja. Api yang luar biasa kata mereka. Para penonton berteriak ngeri melihat Jokotole dengan segera melangkah menuju api dan menempati tempat yang telah disediakan sebelumnya untuk dirinya. Semua lidah menjadi kelu, khawatir bahkan ketakutan. Tapi dari dalam api, tidak ada suara jeritan pun yang keluar. Hanya suara desisan dan kobaran api yang menari-nari terkena hembusan angin.
Dua jam lamanya api telah berkobar. Hanya kesunyian yang melanda tempat itu. Beberapa saat kemudian, api sedikit-demi sedikit mulai mengecil. Setelah api sepenuhnya padam, mereka melihat sosok tubuh yang hitam legam seperti arang. Semua menahan nafas dan bertanya-tanya apakah pemuda yang dibakar tersebut telah mati atau masih hidup. Mengetahui api telah padam, pekerja yang telah diberi petunjuk oleh Jokotole mulai melaksanakan tugasnya. Tubuh jokotole yang legam diangkat dengan hati-hati dan diberi alas. Mereka juga
48