Lompat ke isi

Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/61

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini belum diuji baca

Jokotole bahkan diikuti oleh seorang janda sepanjang perjalanan, dan ketika sampai di tempat yang sepi, janda itu menghentikan langkah Jokotole serta merayunya agar mau pulang bersamanya. Jokotole hanya tersenyum mendapati sikap janda tersebut namun ia tetap mantap melanjutkan perjalanannya memasuki kerajaan Majapahit.

Langkahnya yang mantap membuatnya mudah mencapai tujuannya. Tidak berapa lama kemudian, sampailah Jokotole di alunalun Kerajaan Majapahit, yaitu tempat para pandai besi bekerja. Di tempat itu, Jokotole bertemu dengan Empu Kelleng. Ia merasa sangat prihatin dan bersedih melihat keadaan ayah angkatnya yang sangat didntainya itu. Keduanya berpelukan melepas rindu. Saat pertemuan itulah, Jokotole menceritakan semua yang dialaminya, mulai dari kabar ibu angkatnya, pengalaman selama perjalanan, adik kandungnya, serta kisahnya singgah di Kerajaan Gersik Jokotole juga mengatakan bahwa ia tidak akan pulang sebelum bisa membawa pulang ayah angkatnya terse but kern bali ke Madura. Mendengar cerita yang luar biasa dari Jokotole, Empu Kelleng merasa terharu sekaligus bangga. Anak kecil yang selama ini diasuhnya telah menunjukkan jiwa kepahlawanan dan keberanian yang luar biasa. Dengan berat hati, ia juga mengiyakan keinginan Jokotole untuk membantunya menyelesaikan pekerjaan membuat gerbang kota Majapahit yang masih belum selesai juga. Ia punya firasat Jokotole akan membawa perubahan besar pacta pekerjaannya itu. Baginda Raja yang sangat gusar, suatu ketika memanggil para patih dan para pekerja pintu gerbang untuk menghadap. Diantara para patih yang dipanggil menghadap tersebut, terdapat pula Empu Kelleng dan beberapa Empu pandai besi lainnya. Jokotole ikut serta menghadap karena ia ingin melihat dengan mata kepala sendiri seperti apa wajah dari baginda Raja Brawijaya VII. Para patih dan empu yang dipanggil Prabu Brawijaya berkumpul di pendapa kerajaan. Mereka menunggu cukup lama sebelum akhirnya Prabu Brawijaya datang menemui mereka. Terlihat dari wajah sang Raja, Raja sedang tidak enak hati serta gusar. Benar saja, ketika Raja

45