Dengan berat hati, Jokotole akhimya mau melepas Empu Kelleng pergi setelah ia diiming-imingi oleh ibunya diperbolehkan membuat perkakas apa saja yang dia mau secara mandiri. Sejak saat itu, Jokotole kecil bekerja mandiri di tempat Empu Kelleng dengan dibantu para pekerja Empu Kelleng. Ia dalam waktu singkat telah menjadi pandai besi muda yang karyanya diakui banyak orang. Konon perkakas yang dibuatnya mempunyai kelebihan, misalnya perkakas pertanian yang ia buat tidak hanya bagus, tetapi juga dapat membuat tanaman menjadi subur. Selain itu, cara pembuatan senjata-senjata yang dipesankan orang padanya juga unik, yaitu hanya dibuat dengan tangan, lutut dan jarinya sendiri. Logam panas yang menjadi bahan baku senjata oleh Jokotole langsung dipijit dengan jari-jarinya tanpa menggunakan pelindung apapun.
Jokotole menunggu Empu Kelleng empat tahun lamanya. Kabar kepulangan Empu Kelleng selalu ditunggu-tunggu. Tapi satu pun tidak datang jua. Selama empat tahun tersebut, Jokotole menghabiskan waktunya untuk membantu ibu angkatnya serta membuat perkakas. Hingga suatu ketika, seorang musafir datang melewati perkampungan rumahnya bercerita tentang kondisi Majapahit. Dia bercerita bahwa sudah lebih empat tahun, pembangunan pintu gerbang raksasa di Majapahit belum selesai. Pembangunan itu mengalami kendala, yaitu saat pengelasan, bagian-bagian pintu tidak mau menyatu. Di sana banyak pandai besi yang bekerja membangun pintu itu sakit dan bahkan meninggal. Bahkan Empu Kelleng pun juga diketahui jatuh sakit karena kelelahan.
Mendengar suaminya sakit, ibu angkatnya merasa khawatir akan keselamatan suaminya. Jokotole muda pun merasakan hal yang sama. Dengan mantap, ia menawarkan diri untuk berangkat ke Majapahit menyusul ayahnya. Ia merasa dapat membantu ayahnya setidaknya mengurangi beban yang dipikul ayahnya dalam membuat pintu besi tersebut. Dengan berat hati, dan juga karena tidak memiliki pilihan yang lain, Nyai Kelleng mengizinkan Jokotole berangkat. Ia berpesan agar berhati-hati dan menghindar dari permasalahan di jalan.
Jokotole berangkat, akan tetapi ia tidak tahu jalan ke Majapahit. Di tengah perjalan tepatnya di tengah hutan, Jokotole bertemu dengan
39