Lompat ke isi

Halaman:Mortéka dâri Madhurâ Antologi Cerita Rakyat Madura (Edisi Kabupaten Bangkalan).pdf/36

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Lantas ia bertanya pada Aryo Menak, dan Aryo Menak pun mengaku bahwa ia telah membuka penutupnya. Istrinya pun kecewa, sebab suaminya itu ternyata tidak dapat dipercaya. Semenjak itu, ia tidak bisa lagi memasak hanya dengan sebutir beras. Sebagai akibatnya lumbung padi milik suaminya lambat laun mulai berkurang.

Suatu hari, istri Aryo Menak akan memasak nasi. Seperti biasanya ia pergi ke lumbung padi untuk mengambil beras. Betapa terkejutnya ia ketika berada di lumbung padi. Dari lumbung padi milik suaminya yang mulai berkurang, menyembul sehelai kain selendangnya. Ternyata, selama ini suaminyalah yang mencuri dan menyembunyikan selendang miliknya di bawah lumbung padi. Rasa kecewanya pun makin membesar pada suaminya.

Karena telah mendapatkan selendangnya, Nyi Sekar Tanjung memutuskan akan pulang ke Kayangan. Pada suatu malam, ia mengenakan kembali dengan lengkap semua pakaian sorganya. Tubuhnya menjadi ringan, ia pun dapat terbang ke Kayangan.

Sebelum terbang, si bidadari pemah berpesan kepada seorang sesepuh desa bahwa ia berharap keturunan dari desa Karang Anyar tidak cantik, tidak tampan, dan juga tidak jelek. Tujuannya adalah agar si gadis tidak dibawa keluar dari desa, dan si pria tampan agar tidak menjadi seorang pembohong seperti halnya suaminya. Oleh sebab itu, sebagian masyarakat meyakini alasan penduduk asli desa Karang Anyar tidak ada yang cantik jelita ataupun tampan adalah karena doa dari Nyi Sekar Tanjung.

Arya Menak menjadi sangat sedih dan menyesal. Karena kebodohannya yang memiliki perasaan ingin tahu yang berlebih, Nyi Sekar Tanjung meninggalkannya. Sejak saat itu ia dan anak keturunannya berpantang untuk memakan nasi. Mereka pun memilih makan jagung. Karenanya, orang Madura lantas dikenal sebagai suku yang makanan pokoknya adalah jagung.

Aryo Menak dan anak-anaknya bersedih. Si anak tak hentinya menangis sebab mereka merasa lapar dan membutuhkan kasih sayang ibunya. Aryo Menak yang kecewa dan menyesali kebodohannya lantas nappor atau membanting kendil dan hancurlah kendil tersebut. Dari kejadian ini, di desa Karang Anyar terdapat

20