Halaman:Mohamed Ali Pacha.pdf/230

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

228   Satoe gadis jang tjantik enz.


rahajat negri jang ada di dalem karadja'an Toerki. Tetapi djikaloe maoe dipandang sadja dari fihak jang betoel, dari fihak jang adil, nistjaja tiada bisa dibikin senang hatinja Sidoura. Dan sekarang djoestroe aer mata dan ratap tangisnja ini bidadari telah membikin bimbang hatinja Padisha.......
 Sedeng Sultan Abdoel Hamid masi tinggal bengong dengen tiada bisa kasi poetoesan atas ini perkara jang sasoenggoenja djoega ada sanget soeker, tiba-tiba Sheik el Islam jang mengarti, apa sebab Sultan tinggal sangsi, sigra toeroet bitjara lagi :
 "Toeankoe soeda denger sendiri, segala hamba jang baek serta setia telah diboenoe dan diseksa oleh Saorang doerhaka, dan semoea rahajat Bulgaar soeda berboeat segala perkara chianat serta toeloeng pada moesoe kita orang, moesoe besar dari karadja'an Toerki. Ajahnja ini anak manis, saorang Moslim toelen jang soedjoet betoel oeroesan agama serta toeroet betoel titanja Nabi jang soetji, soeda dianiaja serta dibikin hina dengen djalan amat tiada patoet. Di manakah adanja keadilan? Titanja Allah adanjata: satoe Sultan moesti lindoengken agama jang soetji.”
 Ini perkata'an-perkata'an dari Sheik el Islam ada seperti minjak jang bikin berkobar api di dalem hatinja Abdoel Hamid.
 "Kami nanti briken keadilan pada ajah kau, anaknja Halil bei,” kata Sultan jang maoe menjenangken hatinja ini anak prempoean jang tjantik.