Halaman:Mohamed Ali Pacha.pdf/107

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Resia terboeka.

105


„Angkau nanti toeroet pergi ke roemanja Ali pacha, Mrika,” kata Mohamed Ali dengen sanget girang, sebab soeda terlepas dari satoe sangkoetan besar, „tetapi boekan seperti boedak. Tiada, hanja seperti satoe poetri jang terhormat, tertjinta serta terpoedji, sebagi hati djiwanja satoe effendi, kau nanti toeroet saja ka roemanja saja poenja ajah poengoet. Slametlah angkau, Mrika, dari kasetiaän hati kau pada saja. Angkau soeda pili kabedjikan, keadilan dan katjintaän di atas perboeatan chianat. Saja nanti bersoekoer pada kau dan nanti rawatin kau saoemoer idoep.”

Sasoedanja bitjara begitoe, Mohamed Ali peloek pada itoe nona manis, kamoedian ia berdoea toeroen dari boekit dan menoedjoe ka tempat, di mana zaptieh Prenk ada menoenggoe. Dengen heran ini soldadoe meliat toeannja berdjalan dengen berbisik sama anak perempoean dari imam Reschid, lebi heran lagi setelah diliat Mohamed Ali toenggang koeda bersama Mrika dan prenta djalan poelang ka roemanja Ali pacha dengen ambil djalanan menjimpang.

„Allah!” menjeboet ini zaptieh dalam hatinja dan ambil djalan di djalanan ketjil, di ikoet oleh itoe doea orang moeda. „Apakah nanti djadi! Nona Mrika jang tjantik njata soeda dibawa lari. Imam Reschid moesti djadi mara besar dan ini luitenant moesti ati-ati mendjaga diri.”