"Sudah, tuan! Sehari-harian ini, sejak dari pagi orang bekerja di dapur."
Pada malam itu guru Kasim mengadakan sedekah. Banyak kawan-kawannya, baik orang sekampung, baik pun guru-guru dan lain-lain datang ke rumahnya. Mereka semua menyatakan kesedihan hatinya akan bercerai, dan menyebut bagaimana hal mereka selama bergaul. Setelah sudah mendoa, jamu pun pulang ke rumahnya masing-masing. Akan tetapi sekalian kawan-kawan guru Kasim masih tinggal. Mereka itu bersuka-sukaan, karena semalam itulah lagi mereka akan berbaur dengan sahabat yang dicintainya itu. Berbagai-bagai olah masing-masing ada yang bermain ceki, main pakau, bercabut dan lain-lain. Sedang main mereka itu bersenda gurau jua, gelak dan tertawa tidak berkeputusan. Sungguhpun mereka main uang, tetapi pasangannya hanyalah satu sen saja. Sampai pagi mereka itu bersuka-sukaan, minuman dan penganan tak putus dihidangkan orang. Setelah ayam berkokok bersahut-sahutan, fajar menyingsing sebelah timur, barulah mereka itu berhenti main.
Pukul delapan pagi orang sudah banyak di setasiun. Matahari muram cahayanya, karena diliputi awan. Di sebelah barat kelihatan awan menghitam, tanda hari akan hujan. Angin berembus lunak lembut, amat dingin hari sepagi itu. Hari itulah hari penghabisan guru Kasim tinggal di negerinya. Setengah sembilan orang sudah penuh sesak di setasiun. Murid-murid guru Kasim, sahabat kenalannya dan orang sekampung tampak semuanya. Apalagi karena hari itu hari Ahad, seorang pun tak ada yang ketinggalan. Orang lain yang hanya kenal akan nama guru itu saja, ikut juga mengantarkan. Tidak lama kemudian guru Kasim pun datanglah bersama anak isteri dan pamilinya ke setasiun. Setelah sudah membeli karcis, ia pergi menemui kawan-kawannya, bercakap-cakap menanti kereta datang. Yang terus pergi ke Padang mengantarkan, ialah anak isteri, mentua dan beberapa orang pamili yang terdekat.
Kereta datang dari Paya Kumbuh, guru Kasim bersalam meminta maaf kepada sekalian orang yang mengantarkannya. Semua kawan-kawannya mengucapkan selamat jalan dan selamat sampai bertemu lagi. Kepada murid-murid ia bernasihat, supaya mereka rajin-rajin belajar. Berbagai-bagailah laku orang yang melepas guru itu, ada yang dengan hati gembira melepasnya, ada pula yang memegang tangannya teguh-teguh kemudian segera
34