Halaman:Medan Bahasa 1956.pdf/9

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

diserangkaiakan sadja. (Dan hampir semua karangan penulis ini jang pernah saja batja tertulis kata² dengan si ini, umpamanja dalam madj. PROSA No. 1,2,4, Th. I; ROMAN No. 4, Th. III April '56; KISAH No. 11 Th. II, Nop.'54, dalam: „Melalui biolanja.)”

Pada kartupos tertulis: sipengirim (pengirim); pada warkat pos tentara (atau tentera?): sipengirim, dan pada blanco wissel: sialamat. Ini perkembangan mengenai tjara menulis. Bukan disini sadja, tokoh penulis Pramudya mempunjai tjara lain lagi! Dalam madjalah ,,SENI" No. 1 Th. I, Djan. 1955, hal. 22s/d36 (madjalah ini sudah mati djuga) antara lain ia menulis: hasilsastra, para pendukung, (ada pula terselip kata gonta-ganti), bawahtanah, djerih pajah dll.

Dalam madjalah ,,Pemuda" No. 2 Th. IV, Djan! '54 hal. 40/41, ia menulis: masabodoh, paraguru dll. Olehnja dituliskan djuga kalimat: Impotensi jang menjolok (bukan ,,mentjolok"). Tapi dibelakang tertulis: ,,Satu badan sadja jang berdiri di Djakarta, misalnja,tak ubahnja dengan pabrik jang tidak mentjotjokkan penghasilan dengan kebutuhan permintaan masjarakat”. Adapun jang diuraikan ialah: „Bitjara tentang bahasa Indonesia."

Selandjutnja dalam ,,Pemuda" No. 1 Th. IV hal. 23 ditulisnja kata-kata: membabibuta, selukbeluk, filsafat-sonder-penjelidikan-dan-pengalaman, menebang-rebah, dajachajal, ilmupengetahuan, radja-kaja, dan sekian lagi kata-kata lainnja. Inilah ,,gedjala² baru" sebagai bahan penjelidikan penjusun tatabahasa Indonesia mengenai pemakaian katasandang si dan para dan ,,susunansenjawa" (komposit). Mungkin pendapat Pram benar kalau dialaskan pada istilah-istilah: katabenda, katakeadaan, namadiri, namazat dll.

Satu hal jang ada dalam perhatian saja djuga adalah makin diabaikannja pemakaian tandakutip (,,......") oleh penulis-penulis muda diwaktu jang achir-achir ini dalam menuliskan kalimat langsung. Sekarang umumnja digantikan dengan garis ketjil (mendatar —) dimuka kalimatlangsung itu. Dan dibelakang? Ada jang menuliskan tanda itu sekali lagi, ada pula jang tidak. ,,Gedjala baru" djuga bukan? Tidak terbatas pada ini sadja, Kusalah Soebagjo Toer (saja kenal penulis ini, dia teman adik saja waktu di S.M.P. di Blora) melakukan lain!

Dibawah ini saja kutipkan sedikit dari madjalah ,,Pemuda " No. 2, Th. IV, Pebr. 1954, hal. 38.

Tudjuhbelas Kilometer.

· · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · · ·

Aku terbangun dari anganan dan terasa berat badan Diran itu pada kajuhan pedalku. Sesungguhnja tak berasa berat betul badan Diran itu. Tapi sekali ini serasa mesti kurasakan. Dan lalu kurasa lagi, bahwa sampai berapa djauhpun aku kuat membontjengkan dia matjam ini. Ada tjerita? tanjaku. Dia biasanja banjak tjerita. Tapi ini diam sadja. Mungkin sedang ada soal.

Aku tak punja tjerita. Tapi padaku ada tjerita, katanja.

Biasanja engkau suka tjerita dan mengobrol.

8