Halaman:Medan Bahasa 1956.pdf/7

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Lagi „gedjala-gedjala baru”.

Membatja tulisan sdr. S. Pant tentang ,,Gedjala-gedjala baru" dalam ,,M.B." No. 1, Th. VI Djanuari 1956, hal. 57, timbullah niat saja untuk ikut-ikut mengemukakan pendapat jang selama ini masih terkandung dalam hati.

Kesimpulan saja mengenai tulisan sdr. S. Pant, ia meragukan adanja:

  1. susunan kalimat bentuk pasif jang menjalahi kaidah jang telah ada.
  2. pemasukan kata-kata baru ,,begitu sadja" oleh penulis² jang baru, dari bahasa-bahasa daerah. (Bahkan dia tidak setudju, dan ternjata dengan kalimat jang demikian. „ Sebaliknja dja ngan mentjoba-tjoba memasukkan bahan dari luar (dari luar bahasa Indonesia, baik dari daerah-daerah dalam lingkungan Indonesia, maupun dari luar lingkungan) , kalau bahan-bahan

dari dalam bahasa Indonesia sendiri telah memadai.")

Jang paling menggerakkan hati saja ialah kesimpulan jang ke-2 itulah! Memang, kenjataan tak dapat dielakkan lagi, bahwa bahasa Indonesia pada waktu jang achir-achir ini tampak sekali perkembangannja (batja: perubahannja) , baik mengenai pemasukan kata-kata baru dari bahasa daerah, maupun mengenai tjara menuliskan kata-kata dan lain-lainnja.

Betul pula kalau orang beranggapan, bahwa masuknja kata-kata baru itu adalah tanda miskinnja bahasa Indonesia mengenai kekajaan kata-katanja, sehingga kadang-kadang seorang penulis sukar mentjari kata jang tepat untuk menuliskan kata jang ada dalam angan-angannja (terutama ini saja djumpai kata-kata dari bahasa Djawa) , sedang kata (kata-kata) itu dalam bahasa daerah. Ini alasannja! Ja , barangkali penulisnja takut kehilangan ilham (inspirasi) jang terus mengusik, sehingga tak ada waktu lagi untuk menterdjemahkan kata daerah jang ada dalam angannja. Alasan jang demikian saja mengira tidak tepat. Tak sempat pula kah penulis memeriksa hasil karangannja sesudah ditulis setjara spontan (begitu sadja) itu?

Dibawah ini akan saja kutipkan beberapa kalimat jang mengandung kata-kata daerah, jang sebetulnja sudah tersedia kata terdjemahannja dalam bahasa Indonesia.

,,Kadang menjemburkan asapnja, kadang menjedotnja" (Madj. PROSA No. 4 Th. I Okt. 1955, hal. 6, kol. 3) . Madjalah ini sudah mati.
,,Mulabukanja, ia tertarik pada dua ekor burung jang hinggap ..."
(idem, hal. 18, kalimat pertama).

Kata-kata lain dalam karangan ini djuga:

1085

1