Halaman:Medan Bahasa 1956.pdf/29

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

A. Perdanakoesoemah:

Paramasastra Basa Sunda



(sambungan)



BAB. II.



KATA DAN KATADJADIAN



(Ketjap djeung kětjap rundajan).

Kata-kata akan kita bagi menurut dua djalan : pertama menurut kedjadiannja ; kedua menilik artinja.

A. MENILIK KEDJADIANNJA.

§ 9. KATAASAL.

(Kětjap asal).

Ketika membitjarakan hal ,,kata dan sukukata" (§ 2. bab. I) telah diterangkan, bahwa kataasal dalam bahasa Sunda kebanjakan bersuku dua. Telah diterangkan pula, bahwa kata jang bersuku tiga atau lebih —jang bukan berasal dari bahasa asing —, meskipun pada mulanja dulu mungkin katadjadian, dewasa ini kita pandang sebagai kataasal, apabila kita tidak tahu atau tidak mengingat lagi ,,kataasal" jang semula. Misalnja: Djika orang menjebut p i s i t a n, Jang dimaksud ialah buah sebangsa duku. Tak terlintas sedikitpun arti ,,pisit" (jang mungkin kataasalnja semula, sebelum beroleh achiran ). Djadi pisitan itu dipandang oleh orang Sunda sebagai kataasal.

Uraian hal kataasal ini rasanja tak perlu diperpandjang lagi, karena telah dibitjarakan dalam § 2. bab. I. tadi.

§ 10. KATAMADJEMUK.

(Kětjap-kantetan).

Kětjap-kantetan atau katamadjemuk ialah dua buah kata (atau kadang-kadang lebih), jang tjara mengutjapkannja — karena kedua buah kata itu sangat erat hubungannja — seperti mengutjapkan sebuah kata sadja.

Sesungguhnja soal kětjapkantetan ini masih merupakan suatu kesulitan, karena belum ada ketentuan jang dapat dipegang, teguh, baik tentang batasan artinja (batas istilah ,,kětjapkantetan") maupun tentang tjara menuliskannja. Kesulitan² itu akan terasa nanti, setelah memperhatikan dan memperbandingkan tjontoh-tjontohnja dalam pembagian dibawah ini.

Kětjapkantetan itu kita bagi sebagai berikut:

a. kětjapkantetan jang sungguh-sungguh telah mendjadi satu kata jang menggambarkan hanja satu pengertian.

23