Halaman:Medan Bahasa 1956.pdf/102

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

TJERITERA PENDEK

M. Rangsang.

Kalau Rakjat jang Mendjadi Hakim (pertjikan revolusi).

Susunan kata-kata diatas itu, mengingatkan kita akan bagian-bagian kalimat jang terdapat didalam sesuatu lagu . Kalau penulis tidak salah, lagu itu menggema antara tahun-tahun 1944 . . . . 1946. Waktu itu penulis (aku) masih duduk pada tingkat tertinggi di Sekolah Rendah. Aku tiada menjangka sedikit djugapun kalau kenjataan dari kata-kata itu nantinja akan menimpa diri salah seorang anggota keluargaku.

Masa beredar, hari berganti hari, bulan berganti bulan dan demikian pula dengan tahunnja tidak mau ketinggalan begitu sadja. Jah, semuanja berdjalan sebagai biasa. Seolah-olah sang waktu tidak menghiraukan perobahan djaman waktu itu. Sehingga masa jang empat tahun itu hanja sedikit terasa dalam kehidupan anggota keluargaku.

Lain halnja dengan kehidupan para tokoh politik. Mereka pergunakan masa jang singkat itu untuk mentjari pengaruh dan penganut sebanjak-banjaknja. Gembor sana, gembor sini, tak ubahnja seperti orang mendjadjakan obat. Asal pengaruhnja besar, puaslah mereka. Tiada segan-segan pula mereka menjangkut-njangkut nama Tuhan beserta kitab Sutjinja, asal maksud mereka tertjapai.

Demikian pula halnja dengan para sasterawan, mereka berlomba-lomba untuk mengatasi buah pikirannja jang meronta-ronta ingin keluar itu. Lahirlah tokoh-tokoh seperti Chairil Anwar, Rifa'i Apin, Idrus dan lain-lainnja. Seolah-olah mendidihlah benak mereka andai kata tiada lekas-lekas dikeluarkan isi hatinja itu. Bermatjam-matjam sandjak, pantun, dan puisi jang tak beraturan lagi jang mereka paparkan dimuka masjarakat. Djustru sesuatu jang menjalahi dalil itulah jang mudah dimengerti dan ditiru oleh masjarakat. Sampai- sampai pada pemain-pemain Lodruk (sandiwara rakjat jang sangat laku didaerah Djawa Timur, terutama di Surabaja) tiada luput dari perkembangannja. Aku masih ingat, bagaimana malangnja nasib Tjak Doerasim, pemain dan tokoh terbesar dalam dunia Lodruk jang tidak asing lagi bagi rakjat Djawa Timur, karena kelantjangannja dalam berpantun, sehingga ia sendiri mengalami nasib sial dan mati dibawah udjung bajonet si Kuning Pendek (Djepang). Sehingga namanja sampai sekarang masih terpantjang megah pada beberapa gang dan kampung didalam kota pradja Surabaja. Tidak mengherankan pula