Halaman:Limpapeh.pdf/51

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Sako

Dalam petitih Adat kita mengenal istilah "sako” seperti dikatakan orang Minangkabau "bahindu-basuku, basuku-basako ”, Sako-bapusako”,

"Sako" artinya "asal mula kejadian“. Misalnya "Nyiur nan sako” adalah nyiur yang mula-mula sekali ditanam orang tua-tua dahulu, kemudian diwarisi oleh keturunan. "Sako-gala", yaitu gelar asal yang kemudian turun temurun. Misalnya dalam sebuah kaum kita temui Ahmad gelar Datuak Maharajo sebagai Penghulunya. Gelar ini kemudian dipakai dalam kaum itu sebagai :

"Angku Maharajo, Rangkayo Maharajo, Katik Maharajo, Tuanku Maharajo, Malin Maharajo, Sutan Maharaio” dan sebagainya.

Maka Gelar "Maharajo" dinamakan "sako", yaitu "sako gala”. Begitu pula selanjutnya kita mengenal “sako-suku" dan “sako-harato”. Kalau Ahmad gelar Datuak Maharajo memancang tanah untuk anak kemenakan dan cucunya di belakang hari, maka tanah pancangan itu sebelum diusahakan (ditaruko, ditanami, diuntukkan) atau belum didirikan rumah di atasnya, maka tanah yang dipancang itu dinamakan "sako-harato", "Sako harato" ini sekarang biasa disebut "harato-ulayat”.

Guna "Harato Pusako”

"Harato Pusako" amat besar gunanya bagi keselamatan nagari dan isi nagari, yaitu :

1. Untuk menjaga keselamatan hidup orang berkaum yang terkandung dalam ikatan sepesukuan, supaya hidup ja- ngan terlantar, apabila ada di antara mereka yang tidak dapat atau tidak sanggup lagi berusaha.

2. Untuk menjaga keselamatan hidup anggota kaum yang bertulang lemah (kaum perempuan) dengan anak-anaknya

yang masih kecil.

4 Limpapeh 4

39