“sakaum". Sebuah " paruik" dapat pula dibagi atas "ju rai”, “Jurai" adalah satu kelompok anggota "paruik” yang ada di bawah "Kapalo Jurai” yang mempunyai hak daulat ke dalam. "Paruik" dipimpin oleh “ Kapalo Paruik “ yang disebut "Tungganai”. Beberapa “paruik“ merupakan satu suku.
Tingkat ketiga : Kampuang. Para keluarga dari suku tadi makin lama makin berkembang. Mereka yang tinggal sekumpul (berdekatan) mengusahakan ladang dan sawah masing-masing merupakan sebuah kampung. Kampung ini dipimpin oleh “Tuo Kampuang “ atau " Pangkatuo Kampuang ", yang dipilih diantara salah seorang lelaki yang tua atau yang dituakan dalam kampung itu.
Hidup berkampung diikat dengan syarat sebagaimana tersebut dalam petitih berikut :
“Singok bagisia,
halaman salalu,
sawah sapamatang,
ladang sabintalak,
basasok bajarami,
batunggua panabangan,
bapandam pakuburan'".
Tingkat keempat : Rumah Gadang. Tiap kampung terdiri dari beberapa buah Rumah Gadang. Rumah Gadang ditempati oleh suatu keluarga besar dari "sabuah paruik”. Rumah Gadang dipimpin oleh Tungganai, saudara laki-laki tertua dalam keluarga besar itu.
Ada pula keluarga kecil terdiri dari ayah, ibu dan anak-anaknya.
Menurut Undang-Undang Nagari di Minangkabau, sebuah nagari sah bila memenuhi syarat-syarat yang disimpulkan ke dalam tujuh rukun :
1. Dusun — taratak,
2. Labuah — tapian,
3. Sawah — Ladang,
4. Banda — Buatan,
32