Halaman:Limpapeh.pdf/43

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

dan pemerintah tertentu. "Nagari" tidaklah terjadi begitu saja. “Nagari” terjadi melalui suatu urutan yang dimulai dari taratak, taratak menjadi dusun, dusun menjadi koto, dari koto menjadi kampung dan akhirnya sesudah kampung menjadi nagari.

Sebuah bidal mengatakan :


"Taratak mulo dibuek,
sudah taratak manjadi dusun,
sudah dusun manjadi koto,
baru bakampuang - banagari"'.


Nagari-nagari di Minangkabau menurut pemerintahannya merupakan suatu serikat (federasi). Prinsip nagari adalah bebas mengurus dirinya masing-masing ke dalam dengan semboyan "Adat salingka nagari". Maksudnya tiap-tiap nagari berdiri dangan Adatnya. Sungguhpun cara memakainya tidak sama dalam tiap-tiap nagari, namun sebaliknya selalu siap sedia, bersama-sama menghadapi soal keluar. Bilamana dalam nagari- nagari yang berserikat itu timbul masalah, baik masalah sosial, ekonomi maupun politik, penyelesaiannya tidaklah bernapas ke luar badan, melainkan diselesaikan oleh nagari itu sendiri, se- Suai menurut petua Adat : "Kusuik bulu paruah manyalasaikan, kusuik paruah bulu manyalasaikan".

Susunan nagari di Minangkabau bertingkat-tingkat.

Tingkat pertama "suku". Tiap nagari mempunyai beberapa suku, sekurang-kurangnya'ada 4 suku barulah sah dikatakan nagari, sesuai menurut bunyi bidal " Nagari baampek suku " Suku dipimpin oleh Penghulu.

Tingkat kedua "paruik“. Adat mengatakan : "Suku babuah paruik”, artinya tiap-tiap suku harus ada beberapa “buah paruik"-nya, Jika tidak ada maka suku belum memenuhi syarat. Akibatnya nagari belum pula boleh dibentuk. Yang dimaksud dengan "sa-paruik“ adalah satu kesatuan dari orang-orang, baik laki-laki maupun perempuan, yang mulanya berasal dari seorang ibu dalam satu angkatan (generasi). Jadi orang-orang yang ”saparuik“ adalah mereka yang bertali darah dihitung menurut garis moyang asal. Orang "saparuik” dapat pula dibagi

31