Lompat ke isi

Halaman:Ksatrya.pdf/16

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Tjotjok dengan perumpamaan tersebut diatas, maka demikianlah pula pendjelasan tentang hal „adil” dalam batin manusia. Dalam batin manusia terdapatlah perasaan? bagaikan neratja tahadi, jang kasar-halus menurut tingkatan kerochaniannja, harus dipakai menimbang-nimbang antara baik dan buruk, benar dan salah, wadjib dan larangan, pendek kata segala jang bertentangan maksudnja, biar terhadap diri sendiri maupun jang mengenai urusan orang lain. Terhadap diri sendiri ialah sebelum orang melakukan barang sesuatu haruslah ia menimbang2 lebih dahulu dengan adil supaja dirinja djangan sampai dipengaruhi nafsu, jang buruk. Terhadap djasa atau kesalahan orang lain ia harus menimbang dan memutuskan dengan adil, djangan sampai berat sebelah karena biasanja bermaksud menguntungkan diri sendiri dan sendiri dan merugikan orang lain.

Ta ubah dengan neratja jang karena ketjurangan pedagang lalu terganggu timbangannja, begitu pula perasaan orang jang tjurang bisa terganggu oleh nafsu prija-wanita, harta dan tachta, hinggga neratja dalam adanja lalu miring alias tersesatlah sifat keadilannja.

Neratja palsu harus diperiksa oleh Djawatan Pemeriksaan Urusan Tera. Maka sifat keadilan Ksatrya harus diperiksa, diudji dan diselidiki sedalam dalamnja lebih dahulu pula jaitu oleh jang mengawaskannja. Apabila sifat keadilan ternjata sudah meresap dalam tulang sungsumnja Ksatrya, baharulah ia pantas menerima kepertjajaan sepenuhnja. Dan kepertjajaan inilah ibarat tera jang dibubuhkan diatas neratja tadi.

Alangkah sajangnja djikalau para Ksatrya Indonesia bagikan nachoda dalam pelajarannja hanja membawa alat pedoman jang palsu djarumnja dan neratja jang telah berkaratan djuga, hingga menimbulkan kechawatiran kalau-kalau mereka akan kandas ditengah perdjalanannja. Hanja Ksatrya gadunganlah jang demikian lembaganja!



20