Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/84

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Di tengah kesusahan hidup sebagai perantau yang tidak memiliki apa-apa, ia dipertemukan dengan seorang wanita yang kemudian betul-betul mengubah kehidupannya. Poniem adalah nikmat kemudahan yang diberikan Tuhan untuk dirinya. Ketabahan dan kesabaran Poniem akhirnya mendatangkan hasil serta mulai meningkatkan penghidupan keluarga mereka. Kesusahan yang dari awal selalu mengikuti mereka berangsur-angsur menjauh, berganti dengan kemudahan hidup. Hal itu terjadi berkat kesabaran dan ketabahan mereka dalam menghadapi segala halangan dan rintangan yang muncul dalam kehidupan.

Sekarang bertemulah kesulitan dan gelombang yang lain. Karena sudah demikian mestinya hidup itu, habis kesulitan yang satu akan menimpa pula kesulitan yang lain. Kita hanya beristirahat buat sementara, guna mengumpulkan kekuatan untuk menempuh perjuangan yang baru dan mengatasinya. Sebab itulah maka tak usah kita menangis di waktu mendaki, sebab di balik puncak perhentian pendakian itu telah menunggu daerah yang menurun. Hanya satu yang akan kita jaga di sana, yaitu kuatkan kaki, supaya jangan tergelincir. Dan tak usah kita tertawa di waktu menurun, karena kelak kita akan menempuh pendakian pula, yang biasanya tinggi dan menggoyahkan lutut daripada pendakian yang dahulu. Dan barulah kelak di akhir sekali, akan berhenti pendakian dan penurunan itu, di satu sawang luas terbentang, bernama maut (Hamka, 1977:43).

Kutipan di atas mengandung makna bahwa sebuah perjuangan yang mencapai kebahagiaan dan harmoni dalam kehidupan menuntut adanya keberanian dan kesediaan untuk hidup dalam kesusahan. Perjuangan hidup yang keras serta penuh onak dan duri harus dijalani terlebih dahulu. Dalam perjuangan dan pendakian tersebut, manusia harus selalu72