Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/178

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Sungguhpun Datuk Maringgih seorang yang kaya raya, tetapi tiadalah ia berbangsa tinggi. Konon khabarnya, tatkala mudanya, ia sangat miskin. Bagaiman ia boleh menjadi kaya sedemikian itu, tiadalah seorang juga yang tahu, lain daripada ia sendiri. Suatu sifat yang ada padanya, yang dapat menambah kekayaannya itu ialah ia amat sangat kikir. Perkara uang sesen, maulah rasanya ia berbunuhan. Jika ia hendak mengeluarkan duitnya, dibolak-balikkannya dahulu uang itu beberapa kali, sebagai tak dapat ia bercerai dengan mata uang ini, seraya berkata dalam hatinya, "Aku berikankah uang ini atau tidak?" hanya untuk suatu perkara saja ia tidak bakhil, yaitu untuk perempuan. Berapa kali ia telah kawin dan bercerai, tiadalah dapat dibilang. Hampir dalam tiap-tiap kampung, ada anaknya. Tiada boleh ia melihat perempuan yang cantik rupanya, tentulah dipinangnya. Walaupun ia harus mengeluarkan uang seribu rupiah sekalipun, tiadalah diindahkannya, asal sampai maksudnya. Kebanyakan perempuan yang jatuh ke dalam tangan Datuk Maringgih ini, semata-mata karena uangnya itu juga. Sebab lain daripada itu, tak ada yang dapat dipandang padanya. Rupanya buruk, umurnya telah lanjut, pakaian dan rumah tangganya kotor, adat dan kelakuannya kasar dan bengis, bangsanya rendah, pangkat dan kepandaian pun tak ada, selain dari pada kepandaian berdagang. Akan tetapi, karena kekuasaan uangnya, yang tinggi menjadi rendah, yang keras menjadi lunak dan yang jauh menjadi dekat (Rusli, 2002:16).

Gambaran ketidakjantanan mental Datuk Maringgih dengan sikap licik dan cerdik yang cenderung merugikan orang lain serta sifat keras hati dan kemauan yang besar untuk mencelakai orang tersurat dalam kutipan berikut.166