Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/179

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Badannya kurus tinggi, punggungnya bungkuk udang, dadanya cekung, serta kakinya pengkar, kepalanya besar tetapi tipis di muka, serta sulah pula. Rambutnya yang tinggal sedikit sekeliling kepalanya itu, telah putih sebagai kapas dibusur. Misai dan janggutnya panjang, tetapi hanya beberapa helai saja, tergantung pada ujung dagu dan bibirnya, melengkung ke bawah. Umurnya lebih dari setengah abad. Matanya kecil, tetapi tajam, hidungnya bungkuk, mulutnya besar, giginya hitam dan kotor, yang di muka keluar sebagai gigi tupai. Telinganya besar, seperti telinga gajah, kulit mukanya berkarut-marut dan penuh dengan bekas penyakit cacar (Rusli, 2002:84).


Gambaran tokoh yang memiliki sikap yang bertolak belakang dengan konsep kejantanan mental juga terlihat pada diri Kacak, dalam Sengsara Membawa Nikmat. Karakternya digambarkan persis sama dengan Datuk Maringgih yang licik dan sangat jahat. Dari raut wajah dan pancaran matanya orang bisa menilai perilaku Kacak, apalagi kalau sudah melihat ia berbuat semena-mena terhadap Midun. Kelicikan dan keburukan sifatnya semakin terlihat jelas. Gambaran sikap Kacak tersurat dalam kutipan berikut.

Sudah padan benar nama itu dilekatkan kepadanya, karena bersesuaian dengan tingkah lakunya. Ia tinggi hati, sombong dan congkak. Matanya juling, kemerah-merahan warnanya. Alisnya terjorok ke muka, hidungnya panjang dan bungkuk. Hal itu sudah menyatakan, bahwa ia seorang yang busuk hati (Sati, 2001:13).

Sebagian besar novel berlatar Minangkabau diciptakan oleh pengarang laki-laki, yang cenderung memiliki struktur mengarah pada alam pikiran laki-laki, yaitu kejantanan, baik kejantanan biologis maupun kejantanan mental. Konsep167