Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/173

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

melainkan untuk jiwa dan sukmaku, ya, untuk perhiasan dan kesenangan batinku belaka! Biar orang lain tak bersenang hati, biar seluruh orang awak mempergunjingkan dan memburuk-burukkan daku, karena aku berbini orang rantau, tidak berbini orang awak, apa peduliku? (Iskandar, 2002: 192).


Di dalam Tenggelamnya Kapal van der Wijck penggambaran karakter tokoh Pendekar Sutan yang keras, perkasa, dan kuat menjaga harga diri terlihat pada kutipan berikut.


Beberapa orang mendekati Pendekar Sutan, tetapi mana yang mendekati, mana yang rebah. Sebab gelar Pendekar itu didapatnya dengan "keputusan", bukan sembarang gelar saja (Hamka, 2002:7)


dia menjadi seorang yang gagah berani, disegani oleh orang-orang rantai yang lain. Di samping itu, dia seorang yang setia kepada kawan, pendiam, pemenung. Diam dan menungnya pun menambah ketakutan orang-orang yang telah kenal kepadanya (Hamka, 2002:7-8)


Dalam novel Sengsara Membawa Nikmat juga dapat diperoleh gambaran kejantanan mental tokohnya. Midun digambarkan sebagai tokoh yang keras hati serta baik budi.Perawakannya yang sederhana dengan tutur kata serta perilaku yang sopan menarik hati setiap orang. Ia disenangi dalam pergaulan. Tidak ada orang yang tidak menyukainya, kecuali Kacak yang iri dengan keberadaan Midun yang disukai oleh semua orang di kampungnya.


Midun ialah seorang muda yang baru berumur lebih kurang 20 tahun. Ia telah menjadi guru tua di surau. Pakaiannya yang bersih dan sederhana rupanya itu menunjukkan bahwa ia seorang yang suci dan baik hati. Parasnya baik, badannya kuat, bagus dan sehat (Sati, 2001:11).161