Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/170

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Mereka akan dipandang tidak laku kalau hanya beristrikan seorang wanita saja. Hal itulah yang tidak disetujui oleh Nurdin. Dalam hal perkawinan, baginya satu istri saja sudah cukup dan kalau dapat calon istrinya itupun harus pilihan sendiri, bukan pilihan orang tua dan bukan pula pilihan kaum kerabatnya.


Pandangan yang sama juga terlihat pada tokoh Ramli dalam Karena Mentua. Sikapnya dalam memandang perkawinan dengan lebih dari satu perempuan tidak jauh berbeda dengan Nurdin. Ia tidak menyukai hal tersebut karena ia merasa bahwa tidak ada wanita yang ingin dimadu dan lebih lagi ia tidak mau membuat istrinya memiliki madu.


"Sekarang, perkara perkawinan itoe, soedah ditimbang benar-benar oleh anak moeda," kata Noerdin. Menoeroet pengertian zaman sekarang, seseorang laki-laki tidak haroes mempoenjai isteri lebih dari seorang dan hendaklah poela anak moeda atau gadis jang mentjari djodohnja masing-masing (Negoro, 1931:27).


"Sungguh tak sanggup aku, Ibu. Lepaskan daripada segala keterangan dan soal jawab tadi itu, pertama-tama karena aku tiada melihat kebaikan adat beristri lebih dari seorang, kedua kerana aku tidak mau merusakkan jiwa perempuan. Coba Ibu periksa benar-benar, dengan seksama, perempuan manakah yang suka rela membiarkan suami yang dicintainya kawin dengan perempuan lain? Atau kualih bunyi pertanyaan: perempuan manakah yang suka bermadu atau dipermadukan? Tidak ada! Oleh sebab itu sekali lagi kutegaskan: aku tidak sanggup..." (Iskandar, 2002:195).


Sikap memiliki pendirian yang teguh, yang tercermin pada pandangan tokoh terhadap perkawinan juga terlihat dalam Pertemuan. Tokoh Masri memiliki pandangan untuk158