Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/154

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Di dalam Merantau ke Deli, pandangan masyarakat dan adat istiadat juga mempengaruhi kehidupan tokohnya. Leman yang pada mulanya sangat teguh dengan pilihannya beristrikan wanita Jawa, pada akhirnya harus tunduk pada kehendak adat dan kaum kerabatnya. Kebahagiaan hidup rumah tangganya dengan Poniem sebelumnya seolah lenyap oleh keinginan kaum kerabat, yang memaksanya beristri seorang lagi. Hal itu dimaksudkan agar Leman tidak hanya lapuk di negeri orang, tarcampakkan dari akar kehidupan yang sebenarnya. Dilupakan oleh kaum kerabat karena tidak ada ikatan dengan kampung halaman. Salah satu cara untuk kembali masuk pada kehidupan adat dan budayanya adalah dengan mengawini wanita sekampungnya. Walaupun istrinya sangat baik dan penuh pengertian, ia memiliki satu kekurangan yang dianggapnya sangat fatal, yaitu ia bukan wanita sekampung, bukan wanita yang seadat dengannya.

"Cuma satu itu sajalah salahnya," ujar perempuan tua itu yang periannya sudah hampir penuh.

"Apa?" tanya perempuan muda itu.

"Dia bukan orang kita," ujar perempuan tua itu pula.

"Ya, itu sajalah salahnya, itu saja yang rasa keberatan. Meskipun budinya baik, kelakuannya terpuji, sayang dia tidak orang kita. Bagaimanapun kekayaan yang didapat Leman, tentu setinggi-tingginya melambung akan kembali ke tanah jua, kemana kekayaan yang sebanyak itu akan dibawa" (Hamka, 1977:49).

Pada suatu malam dia bertandang ke rumah kerabatnya yang dekat. Di sana perempuan-perempuan telah berkumpul membisikinya, bahwa mereka amat malu, sebab tidak ada menantu mereka di kampung. Kalau Leman merantau, tidak ada tempat menyambungkan, basa-basi di kampung, karena mertua Leman

142