Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/15

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

hanya dilahirkan oleh para sastrawan dari etnik Minang, tetapi juga sastrawan dari masyarakat etnik lainnya. Hal itu menunjukkan kepada kita bagaimana dan seperti apa masyarakat Minang tersebut sehingga banyak sastrawan yang terdorong dan termotivasi untuk mengangkat persoalan masyarakat Minang. Faktor lain yang memotivasi tim peneliti untuk memilih novel berlatar Minangkabau sebagai objek penelitian ialah karena pada kenyataannya tidak dapat dipungkiri bahwa karya tersebut memainkan peranan yang sangat besar dalam perkembangan kesusastraan Indonesia Modern. Untuk melihat dan memahami konsep estetika Indonesia, kita memerlukan perhatian khusus pada novel berlatar Minang, yang pada umumnya merupakan karya pengarang Minangkabau. Hal itu didasari oleh pemikiran bahwa novel-novel tersebut merupakan perintis bagi tradisi sastra Indonesia Modern.

Untuk membahas semua karya, khususnya novel, yang telah dilahirkan oleh para sastrawan, yang pada umumnya sangat produktif dari beberapa generasi dan angkatan dalam satu penelitian, tentu tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Untuk itu, dalam penelitian ini tim peneliti membatasi objek penelitian pada karya yang berlatar Minangkabau periode 1920-1940. Pembatasan objek penelitian ini didasari oleh pemikiran bahwa periode tersebut dapat dikatakan sebagai periodenya sastrawan Minang dengan karya yang telah melegenda, tidak hanya dalam masyarakat Minang, tetapi juga dalam masyarakat Indonesia umumnya. Periode tersebut merupakan tonggak kebesaran karya berlatar Minangkabau yang kebanyakan memang ditulis oleh pengarang Minang Selama periode itu lahir karya besar yang mencoba menyorot tradisi dan kehidupan masyarakat, Minang yang merupakan hasil pengalaman dan pengamatan medalam para pengarang terhadap fenomena yang terjadi dalam lingkungan masyarakatnya.

Pada penade itulah dominan terlihat adanya kecen derungan para pengarang untuk mengangkat persoalan kehidupan masyarakat Minang yang penuh dengan konflik.

3