Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/144

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Di dalam Sengsara Membawa Nikmat terlihat penggambaran yang cukup jelas tentang kegiatan di sebuah pasar. Pasar yang bukan saja sebagai tempat berjual beli, melainkan juga sebagai tempat bermalam. Hal itu dimungkinkan kerena pasar itu hanya ada pada waktu-waktu tertentu saja. Dangau-dangau yang tidak dibongkar digunakan sebagai tempat bermalam bagi orang-orang yang kemalaman atau diperuntukkan bagi para musafir yang lewat di pasar.

Adapun pasar di kampung itu terletak di tepi jalan besar. Pada seberang jalan di muka pasar, berderet beberapa buah rumah dan lepau nasi. Di belakang rumah-rumah itu mengalir sebuah sungai. Pasar itu diramaikan hanya sekali sepekan, vaitu tiap-tiap hari Jumat. Itu pun ramainya hanya hingga tengah hari saja. Oleh sebab itu, segala dangau-dangau diangkat orang. Tetapi dangau-dangau yang sebelah ke tepi pasar dibiarkan tertegak. Gunanya ialah untuk orang musafir atau siapa saja yang suka bermalam di situ, atau untuk berlindung daripada panas akan melepaskan lelah dalam perjalanan dan lain-lain sebagainya (Sati, 2001:11).

Novel Karena Mentua memberikan gambaran mengenai kehidupan kelompok perantau Minang dengan amat realistis, seperti yang terlihat dalam kutipan berikut ini.

Oleh karena pasar di daerah Lampung berjauh-jauhan letaknva, kalau ia berlegar kerapkali tiada ia sempat pulang ke Teluk Betung kembali, melainkan ia harus bermalam di lepau dekat pasar itu, seperti biasa dilakukan oleh kawan-kawannya. Demikian pula suatu malam ia menumpang dalam sebuah lepau, kepunyaan orang Minangkabau jua. Banyak orang dagang tinggal di situ. Dan istimewa banyak pula tingkah laku, fiil perangai mereka itu: baik atau buruk, terpuji atau tercela (Iskandar, 2002:42).

132