Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/142

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Kutipan di atas memperlihatkan gambaran Kota Bukittinggi dengan sangat jelas. Keadaan kota dengan cuaca dan hawanya yang sejuk serta pemandangan yang sangat indah di lingkung dua gunung kembar Merapi dan Singgalang memberi gambaran yang sangat realistis bagi pembaca. Mereka seolah-olah bisa merasakan sendiri. Dengan gambaran latar seperti itu pembaca diajak bermain-main dengan imajinasinya dan diajak serta untuk berperan secara kritis, sehubungan dengan pengetahuan yang diperolehnya dari latar tersebut.

Di dalam Pertemuan juga terlihat gambaran yang realistis tentang alam. Suasana alam Kutaraja tempat Masri dan Mardiana memadu kasih, digambarkan sedemikan rupa.

Dilangit jang tidak berawan, biru rupanja laksana tabir banat wilis, jang luas terhampar tinggi, matahari memantjarkan tjahaya jang tjemerlang, mengirimkan sinarnja kemuka bumi ini, untuk memanasi dan menerangi laut dan darat, menjebabkan hari amat panas dan eloknja, adalah bumi seperti baharu didjadikan oleh Chaliku'l'alamin kelihatannja. Beberapa lingkaran jang kuning-merah mengelilinginja, jang dinamai orang "gelanggang matahari" tampak djelas dipandang mata. Anginpun tenang, tidak berembus sedikit djuga, sehingga sehelai daun kajupun tak ada jang bergojang, sebagai malam lailatu'lkadar lajaknja, seolah-olah membiarkan sjamsu'l'alam meradjalela memperlihatkan kekuasaannja (Pamuntjak, 1961:54).

Juga terlihat gambaran yang cukup lengkap dan realistis tentang bentuk rumah keluarga Masri. Penggambaran bentuk sebuah bangunan tersebut memberi peluang pada pembaca untuk turut berimajinasi tentang apa yang digambarkan oleh pengarang, seolah-olah mereka melihat dan berada di dalam bangunan yang dijadikan latar tersebut.

130