Halaman:Konflik; Konsep Estetika Novel-Novel Berlatar Minangkabau Periode 1920-1940.pdf/109

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Asnah menggosok matanya dengan jarinya yang halus bagai duri landak itu. Kemudian dilekapnyalah pipinya kepada orang tua itu. “Ya, ibu, "katanya, “takkan dapat saya memba-las segala kebajikan ibu kepada saya yang hina lagi miskin ini.” (Iskandar, 2003:23) .

Dari kutipan di atas terlukis dengan jelas bagaimana Asnah berupaya membalas kebaikan hati dan budi baik keluarga Ibu Mariati dan Asri yang selalu menyayanginya. Mereka telah menganggap Asnah sebagai anak dan saudara kandungnya sendiri, serta menyakini bahwa Asnah merupakan limpapeh rumah gadang mereka. Dengan kehalusan budi, Asnah membangun karakternya sebagai gadis yang tahu akan budi dan rasa terima kasih. Tutur kata yang lemah lembut dan cekatan dalam bekerja dilakukan Asnah dalam mengisi hari-harinya membantu Asri dan keluarganya. Hal itu dilakukannya dengan senang hati sebagai bentuk Ungkapan membalas budi dan sebagai wujud rasa menvadari Untung dan rugi dalam menjalani nasib dirinya.

Ah, Asnah - alangkah besarnya jasamu pada kami! Dan sekarang telah kauobati pula kakiku yang sakit ini dengan lemah lembut, sebagai dapat dilakukan oleh anak perawanku sendiri (Iskandar, 2003:23).

Jalinan peristiwa di dalam Salah Pilih tersebut memperlihatkan perilaku Asnah sebagai anak angkat yang tahu akan kedudukannya. Terkadang ia merasa malu dan rendah diri. Ia merasa nasibnya sangat tidak beruntung karena tidak memiliki orang tua dan menjadi beban kehidupan orang lain. Setiap hari Asnah selalu merenung memikirkan nasib udupnya. Memang keluarga Asri memperlakukannya dengan Sangat baik, tetapi perasaan rendah diri itu selalu muncul dan membayangi hari-harinva. Rasa malu dan menyadari akan Posisinya, membuat Asnah selalu menjaga sikap dan jarak dalam pergaulannya dengan kakak angkatnya, Asri, dan

97