Lompat ke isi

Halaman:Kenang-Kenangan Pada Panglima Besar Letnan Djenderal Soedirman.pdf/20

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Meskipun parunja hanja tinggal sebelah, tetapi saat bergerilja digunung itulah saat jang dipandangnja seindah-indahnja dalam hidupnja. Sudah berkali-kali dia menjatakan pendirian, bahwa perang ini lebih baik diteruskan sadja. Tak usahlah berdamai dengan Belanda. Tetapi pemerintah hendak berunding djuga. Dia ingin mati diatas tandunja, difront jang dimuka sekali, laksana keinginan Bendahari Paduka Radja ketika ditandu memimpin perang Malaka ditahun 1511 melawan Portugis.

Tetapi dunia tidak mau lagi membiarkan kita meneruskan perang. Roem-Royen statement. Jogja dikembalikan.

Presiden Soekarno, Perdana Mentéri Hatta pulang!

Hamengku Buwono sekali lagi menjediakan tanah pusaka nenek-mojangnja, pusaka Abdul-hamid Diponegoro, buat menjusun kemerdekaan seluruh Indonesia!

Sjarifuddin Prawiranegarapun pulang!

Maka datanglah panggilan Presiden! Sudahlah wahai Panglima Besar! Turunlah dari gunung-gunung. Kita hentikan perang dahulu dan dunia menghendaki, negara-negara tetangga kita di Asia menghendaki supaja kemerdekaan Indonesia kembali diperdjuangkan dimedja!

Dengan ta’at Soedirman turun dari gunung, dipikul diatas tandu. oleh anak buahnja jang ditjintainja dan mentjintainja. Badan telah bertambah kurus dan muka bertambah putjat. Tetapi mata masih berapi-api, mata serigala galak jang tidak mengenal damai. Sampai ditanah lapang sebelum sampai keistana Presiden, dia masih mengangkat kepalanja dan menjampaikan seruannja kepada beribu-ribu rakjat jang menjambutnja ditanah lapang dengan gegap gempita; „Bersiap terus! Perdjuangan kita belum habis!”

Sampai diistana, dia diturunkan dari atas tandu, kepalanja berlilit destar hitam dan memakai mantel penahan dingin.

Bung Karno menjambut ditangga istana.

Saat sedjarah jang beribu tahun tidak akan dapat dilupakan. Anaknja jang ditjintainja! Astagfirullah, bukan! Dua putera dari Ibu Pertiwi bertemu kembali, sesudah iman keduanja diudji oleh badai gelora jang maha hebat! Karena mentjintai ibu! Dua sahabat! Bertemu kembali.

Bung Karno tidak dapat menahan hatinja lagi, disambutnja Soedirman dan dibimbingnja, dipeluknja dan, Air-mata sama tertjurah!

Air-mata jang bukan sadja djatuh diwaktu sangat sedih, bukan sadja djatuh diwaktu per-

tjampuran sedih dengan gembira! Bahkan airmata jang djuga djatuh disaat berkumpulnja segala kenangan pahit dan getir kepada masa lampau dan pengharapan kemasa datang ...............
SOEDIRMAN adalah lambang dari kebangunan djiwa pahlawan di Indonesia.

Sebab perang telah dihentikan, kembalilah orang sakit itu terbenam dalam rumahnja, dengan djiwa jang tidak pernah sakit. Djiwa jang dalam empat tahun telah memenuhi persada tanah ibu dengan kekajaan sedjarah kepahlawanan jang tiada taranja. Nama jang tiada pernah bertjatjat, nama jang senantiasa melaksanakan isi hatinja, jaitu, „Tentara tidak tjampur urusan politik.

K.M.B. telah berhasil, tentara telah disusun baru, Menteri Pertahanan telah diserahkan kepada Hamengku Buwono. Dan Presiden akan kembali ke Djakarta, sebagai Presiden dari Republik Indonesia Serikat jang berdaulat dan merdeka.

Tjita² T.N.I. sedjak perdjuangan hebat dahulu masih tetap, bahwa achirnja Presiden dan Panglima Besar akan kembali djuga ke Djakarta dengan penuh kemenangan. Letnan Djenderal Urip ketika masih hidup, sebagai Kepala Staf dari Angkatan telah membuat dua buah bintang, sebuah untuk Panglima Tertinggi dan sebuah untuk Panglima Besar, seketika masuk dengan kemenangan ke Djakarta.

Bung Karno sempat melaksanakan wasiat Urip. Aku telah melihat bintang itu beliau pakai didalam resepsi diistana Gambir. Tetapi Soedirman tidak sempat lagi melaksanakan wasiat Urip itu, sebab dia telah berat sakit. Seminggu jang telah lalu, dokter-dokterpun masih berusaha supaja beliau dapat pindah ke Djakarta, apatah lagi beliau tetap diangkat mendjadi Kepala Staf Angkatan Perang Tentara R.I.S.

Tetapi tidak! Kewadjibannja telah dilaksanakannja, berdjuang untuk merdeka. Berdjuang sehingga Bung Karno ke Djakarta! Berdjuang untuk Sang Saka Merah Putih berkibar kembali diseluruh Indonesia.

„Dijiwanja telah menghadap kepada Tuhan, menjembahkan, itulah hanja jang dapat kukerdjakan dalam hidupku. Tubuhnja telah dikembalikan kedalam bumi tanah-airnja jang ditjintai. Dan Namanja tetap tinggal selama-lamanja mendjadi hiasan dari sedjarah bangsa jang baru bangun”.

Di Magelang figuur Soedirman mulai timbul, dan di Magelang pula figuur itu meninggalkan djasmaninja buat selama-lamanja......


18