Tari Rabbani Wahid merupakan tari yang berasal pesisir Aceh yang dikembangkan pada tahun 1989 oleh T.M. Daud Gade di desa Sangso, Samalanga, Kabupaten Bireuen. Nama Rabbani Wahid dalam tari ini adalah istilah yang dibuat oleh T.M. Daud Gade berdasarkan syair yang dibacakan dalam tradisi Meugrob yang telah lama eksis dan berkembang di wilayah Samalanga dan sekitarnya. Rabbani Wahid diartikan |
sebagai Allah sang rabbi yang satu dan menggambarkan identitas dari tari ini yang syair-syairnya berisikan puji-pujian kepada Allah dan Rasulullah, nasehat-nasehat dan cerita-cerita yang semuanya bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Syair yang dibacakan dalam tari Rabbani Wahid kebanyakan berasal dari Meugrob yang berasal dari Syeikh Muhammad Saman. |
Sebuah gambar seharusnya muncul pada posisi ini dalam naskah. Untuk menggunakan keseluruhan pindaian halaman sebagai penampung, sunting halaman ini dan ganti "{{gambar hilang}}" dengan "{{raw image|Katalog Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2018 (Buku 1).pdf/30}}". Sebaliknya, jika Anda mampu untuk menyediakan gambarnya, maka lakukanlah. Untuk panduan, lihat Wikisource:Pedoman gambar dan Bantuan:Menambah gambar. |
Tahun : 2015 No. Reg : 201500174 Nama Karya Budaya: Tari Rapa’i Geleng Provinsi : Aceh Domain : Seni Pertunjukan
Tarian ini sampai saat ini masih berkembang dengan pesat di seluruh sanggar di Aceh, karena gerakannya sangat dinamis dan cepat. Tarian ini saat ini bukan hanya milik masyarakat Aneuk Jamee tapi sudah menjadi milik masyarakat Aceh pada umumnya. Tarian ini dalam media penyampaiannya menggunakan bahasa Aceh yang dilantunkan oleh seorang Cahi (vokalis) yang diikuti oleh penarinya. Tarian ini gerakannya hampir sama dengan gerakan Saman, namun alat dan bahasa yang digunakan sangat berbeda. Tarian ini diperkirakan muncul telah lama, namun |
Komunitas Karya Budaya: -- Maestro Karya Budaya: Hardi Yuzar Alamat: Manggeng, Aceh Barat Daya WBTb yang serupa atau berkaitan: -- Foto-foto: -- Tautan Video: --
Tarian Rapai Geleng menggunakan alat Rapai yang dipadukan dengan gerakan yang unik sesuai irama rapai. Syair-syair yang dilantunkan dipadukan dengan gerakangerakan sebagai sarana dakwah melalui seni. Rapai ini adalah rasa syukur atas suatu keberhasilan baik dalam pertanian maupun bidang kehidupan lainnya. Selain itu tarian ini juga sering dipertujukkan pada upacara perkawinan, sunatan, serta pertunjukan pada acara-acara penyambutan tamu kehormatan. Tarian ini adalah wujud persembahan sebagai ungkapan rasa gembira, yang tidak pernah luput dari pujipujian kepada Allah SWT. Gerak tari dan iramanya dikemas dalam kalimat “la ilaha illallah”. |
Katalog Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2018 - Buku Satu
29