Halaman:Kalimantan.pdf/81

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Pemberontakan Muso adalah satu tragedi nasional. Belanda bertepuk-tangan melihat „perang saudara” dalam daerah Republik. Tetapi kegembiraan Belanda lantas lenjap, setelah diketahuinja Republik Indonesia dapat menguasai kembali daerah Madiun, setelah menghantjurkan „tentera PKI”. „Perang Saudara” yang banjak menelan korban itu, jang sebenarnja dikendalikan oleh kaki tangan kolonialisme Belanda sendiri, mendorong nafsu angkara murka untuk menjertainja.


Perkembangannja ialah, perundingan putus. Court Dubois dalam Komisi Tiga Negara digantikan oleh Merle Cochran, van Mook ~ Abdulkadir masing-masing sebagai Letnan Gubernur Djenderal dan ketua delegasi Belanda meletakkan djabatannja. Bulan Oktober 1948 Kabinet Republik menerima usul Cochran untuk memulai lagi perundingan dengan Belanda. Menteri Luar Negeri Belanda. Stikker tiba di Djakarta dan terus ke Jogja guna melangsungkan perundingan dengan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Dr. Beel, Wakil Tinggi Mahkota Belanda jang pertama diangkat, sedang kedudukan Gubernur Djenderal dihapuskan.


Sekalipun perundingan Indonesia-Belanda dilakukan atas tingkat tinggi ~ Hatta-Stikker ~ namun suasana tetap genting. Wakil Amerika Cochran tidak berhasil menemukan pendirian kedua belah pihak, achirnja pihak Belanda datang dengan satu kepastian: agressi militer jang kedua. Perang kolonial berketjamuk. Dan untuk kedua kalinja Belanda mengindjak-indjak perdjandjian jang telah ditanda-tanganinja.


Tetapi bagi rakjat Republik, agressi militer Belanda itu membawa akibat lahirnja tentara gerilja didaerah-daerah pendudukan, demikian djuga di Kalimantan sendiri. Patokan batas jang selama ini diikat oleh Linggardjati- Renville dewasa itu sudah tidak berlaku lagi. Timbul hasrat dan tekad untuk memperdjuangkan diri lepas dari pendjadjahan Belanda.


★ ★ ★


Negara Kesatuan.

Terpilihnja Bung Karno sebagai Presiden RIS pertama menundjukkan tanda- tanda bagi utuhnja persatuan nasional, sekaliupn pemerintah tidak menjampingkan kenjataan daripada adanja aliran-aliran federalisme. Untuk keseimbangan inilah Presiden RIS menundjuk 4 orang sebagai formateur kabinet, jang terdiri atas dua aliran Republik, dan dua dari aliran federalis, jaitu Hatta-Hamengku Buwono dilain pihak dan Sultan Hamid-Anak Agung Gde Agung, masing-masing dari Kalimantan Barat dan Indonesia Timur disatu pihak.


Dengan demikian terbentuklah kabinet RIS jang terdiri atas kaum Republikein dan kaum federalis, dimana daerah-daerah bagian seperti Kalimantan Barat, Indonesia Timur, Pasundan dan Djawa Timur ikut mendukung Kabinet RIS. Segera kabinet ini terbentuk, Parlemen RIS memperdjuangkan dengan amat hebatnja tentang soal kesatuan atau gabungan untuk Negara Indonesia. Tetapi aliran jang menghendaki bentuk kesatuan daripada Negara Indonesia memperoleh kemenangan jang gilang-gemilang, sekalipun tantangan jang sengit terdapat dari wakil- wakil Kalimantan Barat dan Sumatera Timur, dan beberapa daerah lain jang masih memandang, bahwa federalisme jang paling baik Negara Indonesia.

77