Halaman:Kalimantan.pdf/78

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

negara lain ( Arab League, Inggeris, Amerika, Mesir, Libanon, Syria, Irak, Birma, Saudi Arabia, Yemen ) dan setelah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa turut membitjarakannja sebagai salah satu masalah dunia internasional, menundjukkan betapa gagalnja usaha Belanda untuk menghantjur-leburkan pemerintah dan negara Republik Indonesia. Perkembangan politik baik didaerah Republik, maupun didaerah pendudukan Belanda menundjukkan keadaan jang tidak sewadjarnja, sekali tenang, sekali katjau-balau dan kadang-kadang tegang sama sekali, ini adalah akibat daripada perundingan Belanda-Indonesia tidak selalu menggembirakan bagi semua pihak.


Bagi rakjat Kalimantan sudah semakin djelas, bahwa pihak Belanda masih kurang memberikan goodwil, masih kurang pertjaja terhadap perdjuangan kaum republik. Pembentukan pemerintah federal interim, jang dilahirkan oleh konperensi Djawa Barat menimbulkan ketjurigaan bagi pihak Republik terhadap maksud dan tudjuan Belanda. Sikap jang sematjam itu semata-mata merugikan bagi Belanda dan boneka-bonekanja, karena mereka umumnja telah membutakan mata terhadap kebangunan nasionalisme Indonesia, jang telah mendjadi kenjataan daripada apa jang telah dibuktikan oleh Republik Indonesia.


Bagi kaum Republikein Indonesia, dimanapun mereka tinggal, tidak memandang, bentuk apakah jang paling sesuai dengan djiwa rakjat Indonesia, federaliskah atau unitaris, karena jang demikian ini adalah soal bangsa Indonesia sendiri untuk menentukannja, jang tidak selajaknja diperundingkan dengan Belanda. Dalam pada itu dengan penuh kebulatan tekad dan kepertjajaan atas tenaga dan kesanggupan sendiri, ~ walaupun suasana perundingan Indonesia Belanda masih belum boleh dikatakan akan segera mendapat persesuaian ~ maka rakjat Kalimantan jang tinggal dalam daerah pendudukan Belanda kolonial tetap jakin dan pertjaja, bahwa kedua belah pihak achirnja akan mentjapai perdjandjian politik jang kekal dan teguh bagi keselamatan dan kebahagiaan, terutama bagi bangsa dan rakjat Indonesia.


Harapan putera Kalimantan tidak lain, moga-moga pertikaian politik Republik-Belanda jang berlangsung itu dalam tingkatan maksimum akan tertjapai hendaknja. Harapan rakjat didaerah-daerah pendudukan hendaknja pihak Belanda dapat menjesuaikan pendiriannja, sikapnja dengan kenjataan-kenjataan jang meliputi seluruh Indonesia, dan betapa pengaruh tekanan akibat runtjingnja pertikaian politik antara Amerika disatu pihak dan Sovjet Rusia dilain pihak mengenai suasana politik di Indonesia dewasa itu.


Dalam pada itu dapat ditjatat disini, bahwa konperensi federal di Djawa Barat, jang dikundjungi oleh segenap „wakil-wakil“ dari Kalimantan telah menimbulkan kegontjangan dalam masjarakat Kalimantan umumnja dan dalam „dewan Bandjar“ sendiri. Suara-suara dari „dewan Bandjar“ agaknja berpetjah belah baik mengenai konperensi Djawa Barat, maupun mengenai persetudjuan Renville. Sebelum perdebatan dimulai maka Ketua „dewan“ mendjelaskan tentang konperensi federal di Bandung, dan federal overleg atau jang lazim disebut konperensi „Wali-wali negara“ di Bandung jang mempunjai perbedaan-perbedaan, supaja djangan menimbulkan kesangsian terhadap makna konperensi tersebut. Tegasnja konperensi federal itu mempunjai arti, bahwa didalam konperensi federal itu hanja hadir utusan-utusan dari „negara-negara“ dan „daerah-daerah“.

74