Halaman:Kalimantan.pdf/419

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

lagi, hanja radjanja jang masih berkuasa dalam kotanja sadja, dan senantiasa berdaja upaja untuk mempertahankan ibu -kota Keradjaannja . Pada waktu itu keradjaan Martapura masih utuh dan dibiarkan sadja oleh kerajaan Kutai, karena kerajaan ini sedang mengatur perhubungan dengan keradjaan-keradjaan diluar daerahnja, seperti Madjapahit, Tiongkok dan lain-lain. Menurut riwajat keradjaan Madjapahit, mengakui kerajaan Pontjo Prabu di Kutai Lama dengan Adji Maharadja Sultan sebagai radjanja, dan sedjak waktu itu tetap bersahabat dan tetap utuh kekuasaannja sebagai keradjaan tetangga dari keradjaan Madjapahit.

Riwajat pernah pula mentjeriterakan, bahwa keradjaan Kutai lama mendjadi perantaraan dalam perhubungan antara keradjaan Tiongkok dan Kambodja, Djangka Gadjah, dan pernah pula keradjaan ini bertindak sebagai pihak ketiga. dalam perdamaian antara Madjapahit dengan keradjaan Champa, jaitu mengenai salah seorang Putera Madjapahit jang tidak diterima oleh Radja Champa sebagai menantu, dan karena njaris terdjadi peperangan antara kedua keradjaan itu. Perhubungan baik antara kedua keradjaan itu berlangsung terus, sedang keradjaan Kutai pernah mengirimkan beberapa orang puteranja untuk mempeladjari tjara pemerintahan dalam keradjaan Madjapahit. Demikian djuga dipeladjari tata - kerama, kesenian dan kebudajaan. Ia berbuat demikian ialah untuk menghilangkan segala kebudajaan dan peninggalan tjara-tjara bekerdja jang tidak teratur selama keradjaan Kutai diperintah oleh radja Salendera dan Sendjaja, sekalipun kedua keturunan radja itu mempunjai darah keturunan pada anak tjutjunja jang memerintah dalam keradjaan Kutai sekarang ini.

Sebenarnja sedjak zaman Kediri, Radja Kutai-Martapura pernah mengirimkan puteranja ke Kediri untuk mempeladjari gurindam dan sjair, jang ketika itu dalam sebuah sjair sumana - sentana - dan kresnadjaja adalah nama dari Ratu Seberang, Ratu Indraparuta. Dalam sjair itu dikatakan, bahwa kebimbangan Ratu Tjindra Kirana, putera Nata Djenggala memilih bakal suaminja diantara kedua satrya, jaitu Pandji Waning Pati dan Kuda Kartapura Ratu Seberang Indraparuta, putera Maharadja Martapura. Dalam perkawinan jang diramaikan oleh sjair Ganda Kesuma ada disebut dalam tjeritera Galuh meminang, jaitu:

Kuda Karta banjak budinja,
Pandji putera djadi kasihnja,
Pajah memilih antara keduanja,
Satrya muda agung geraknja.
Dalam bimbang puteri meminang,
Melihat satrya jang dua orang,
Jang mana diambil jang mana dibuang,
Laksana kembang rupa sepasang .
Akan satrya Kuda Karta,
Putera Nara Pati Indera Paruta,
Sangnata Sugih bertumpukan harta,
Sukar dibandingnja sedjagat nata.

Maka berdasar atas sjair-sjair ini, teranglah sudah, bahwa sedjak kerajaan Martapura dahulu sudah ada perhubungannja jang baik dengan keradjaan Kediri. Dan sampai sekarang masih terdapat peninggalan tarian topeng, wajang gedok,

415