Halaman:Kalimantan.pdf/397

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Sukadana untuk mendjumpai kaum keluarganja disana dari fihak ajahnja . Sambutan atas kundjungan dan kedatangan Raden Bima ini, bersamaan dengan sambutan kedatangannja di Sukadana tempo hari, 7 hari dan 7 malam diperlihatkan kesenian dan tari-tarian Berunai. Dalam perajaan ini, maka oleh Sultan Berunai, ia digelar serta dinobatkan mendjadi Sultan dengan nama gelaran Sultan Muhammad Tadjuddin. Sesudah beberapa lamanja Sultan Muhammad Tadjuddin ini beristirahat di Berunai, maka iapun meminta diri kepada Sultan Berunai untuk kembali ke Sambas, jang mana permintaan dari ini tidak dihalangi oleh Radja Berunai. Sekembalinja dari Berunai, maka ia mendapat anugerah beberapa barang alat-alat Kebesaran Keradjaan Berunai jang sepatutnja dipunjai oleh keturunannja itu djuga. Barang-barang itu berupa pajung uburubur, pajung keemasan, tombak tjanggah, tombak bertatah emas, keris, tempat getar dan dian, puan keemasan djuga satu gendang nobat, alat-alat bunji-bunjian seperti gong keromong, serunai nafsiri, gambang jang lengkap beserta orangorang pemainnja.

 Sampai dimasa sekarang alat-alat itu masih dipergunakan lengkap atau sebahagiannja bila masa berkenaan dengan peristiwa upatjara dan perkawinan, kematian, penobatan dan lain-lainnja dikalangan kaum bangsawan kerajaan Sambas. Lain daripada itu Keradjaan Sambas ada djuga menerima warisan dari peninggalan Ratu Sepudak jaitu sebuah meriam ketjil jang berbuntut pandjang dengan nama Raden Sambir, sebuah meriam ketjil berbentuk pendek gemuk tidak berbuntut bernama Raden Mas, can sebuah meriam jang paling ketjil tidak berbuntut bernama Raden Kadjang. Semuanja barang- barang peninggalan ini dipelihara dan disimpan baik-baik didalam istana, sebagai lambang kedjajaan Keradjaan Sambas dimasa purbakala. Kemudian setelah Sultan Muhammad Sjafiuddin I menerima kesan-kesan dan hasil-hasil perkundjungannja dari Berunai ia merasa girang hatinja, maka tidak lama antaranja iapun melantik puteranja mendjadi Sultan untuk menggantikannja dengan menurut gelaran jang didapatnja dari Radja Berunai, jaitu Sultan Muhammad Tadjuddin.

 Untuk mendjadi Wazirnja maka diangkat pula Raden Abdulwahab jang bernama Raden Ahmad mendjadi Pangeran Bendahara. Djustru karena itu maka sudah mendjadi kebiasaan selandjutnja, apabila pada setiap ada penggantian seorang Sultan dalam keradjaan Sambas, selalu djuga diadakan penggantiandan pengangkatan menteri atau Wazirnja dengan segala adat istiadat upatjara Kebesaran Keradjaan Sambas. Dari sedjak dahulu sampai sekarang untuk menentukan pengganti Radja hanja tjukup dalam lingkungan Radja dan suarasuara dari kaum keluarga- bangsawan dengan tiada mengadjak rakjat turuttjampur, melainkan rakjat wadjib menerima ketetapan jang ada, harus menta'ati semuanja. Artinja pengganti Radja itu, pertama mesti dari keturunan Radja jang lurus, tidak dengan pemilihan dari Rakjat hanja tjukup ditentukan oleh Radja dengan persetudjuan kaum keluarga serta Wazir-menterinja sadja. Sifatsifat jang demikian atau sifat asli jang berhubung dengan perdjalanan sedjarah jang dikandung oleh adat-istiadat sedjak dari abad ke abad itu, djuga dihormati oleh pemerintah pendjadjahan, dipegang teguh oleh Rakjat, lebih-lebih lagi oleh Suku Dajak dinegeri ini. Tjukup hanja dengan menundjukkan atau membawa barang apa sadja jang dikenal mereka kepunjaan Radja umpama tjap Radja, mereka patuh dan menurut segala perintah. Dalam pemerintahan Sultan

393