Halaman:Kalimantan.pdf/379

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Anaknja jang bernama Sambang diberinja bergelar Sultan Kuning, serta banjak orang-orang jang mendjadi pengikutnja. Lagi pula Aling alias Penembahan meramalkan, bahwa pada tanggal 17 April 1859 Sultan Tamdjidillah akan diturunkan dari tahtanja dan ia akan melantik dirinja mendjadi Sultan Bandjarmasin jang baru.

Dalam pada itu Pangeran Antasari, putera dari Pangeran Masuhut, tjutju dari Pangeran Amir jang dibuang ke Ceylon turut serta pula dalam pemberontakan dan bersatu dengan kelompok-kelompok rakjat jang memberontak di Muning; mereka semuanja akan melawan Sultan Tamdjidillah dan Belanda. Sedangkan Pangeran Hidajat tidak mau diperintahkan untuk mendamaikan huru-hara tersebut, takut kalau-kalau keputusan-keputusannja akan dibatalkan pula oleh Sultan Tamdjidillah.

Sultan Tamdjidillah jang selamanja hanja tinggal bersenang-senang di Bandjarmasin, tiba-tiba pada tanggal 27 Maret 1859 mendapat perintah dari Residen untuk berangkat ke Martapura untuk menjelidiki keadaan jang telah terdjadi disekitar keradjaannja.

Pada tanggal 3 April 1859 Sultan Tamdjidillah telah kembali ke Bandjarmasin dengan membawa laporan-laporan jang menjatakan, bahwa didekat Kraton Martapura telah terdjadi pembakaran-pembakaran jang dilakukan oleh orangorang djahat jang disengadja lebih dulu. Djuga Pangeran Antasari telah mengepalai sebanjak 3000 orang sedang bergerak melalui Pengaron untuk mengepung kota Martapura dan mengadakan serangan. Dan berhubung dengan itu, Sultan Tamdjidillah minta bantuan kepada Residen supaja mendapat pendjagaan serdadu Belanda, tetapi oleh Residen tidak diberikan. Oleh karena itu Sultan Tamdjidillah kembali ke Bandjarmasin selekas-lekasnja.

Sementara serangan-serangan dari kaum pemberontak belum dilakukan, lebih dulu Residen diberi kabar kepada administrateur tambang batu arang di Pengaron dan Komandan serdadu Belanda di Marabahan jaitu pada tanggal 6 April 1859, jang menjuruhnja supaja berhati-hati.

Selandjutnja Residen meminta buah pikiran dan nasehat kepada Pangeran Hidajat untuk mendamaikan pemberontakan tersebut. Pangeran Hidajat menjanggupi untuk meredakan pemberontakan, asal mendapat perintah langsung dari Residen, djadi bukan dari Sultan Tamdjidillah, dan keangkatannja sebagai Mangkubumi hendaklah dikuatkan dengan tanda tangan Residen.

Setelah permintaan Pangeran Hidajat dikabulkan oleh Residen maka berangkatlah ia menudju Martapura, tetapi dalam perdjalanan ia mendapat suatu surat jang berasal dari Sultan Tamdjidillah sendiri jang menjatakan, bahwa pemberontakan itu asalnja dari beliau sendiri untuk mendjatuhkan musuh-musuhnja, jaitu Pangeran Hidajat, Njai Ratu Kumalasari dan lain-lainnja. Setelah Pangeran Hidajat memahami isi dan maksud surat tersebut, tidak lagi meneruskan perdjalanannja ke Martapura tetapi kembali ke Bandjarmasin.

Beberapa hari kemudian, pada tanggal 7 April 1859 Pangeran Muhammad Aminullah memberi kabar kepada Residen bahwa pemberontakan jang dipimpin oleh Penembahan Aling dari Muning akan berangkat ke Martapura untuk menurunkan Sultan Tamdjidillah pada tanggal 5 Mei 1859 dari keradjaannja dan kemudian akan melantik dan mengangkat Pangeran Hidajat atau Pangeran

375