Halaman:Kalimantan.pdf/307

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Pertama menuai bergilir-giliran itu memakan waktu berbulan -bulan, harinja sebanjak keluarga jang ada dikampung itu. Sudah mendjadi sifat padi gunung, jaitu buahnja lekas sekali gugur dan tangkai padi lekas tua lalu merunduk. Keadaan beginilah padi peladang jang terkemudian sekali itu . Sebagian dari butir-butir padinja gugur kebumi, jang berarti tak dapat dipungut lagi lalu hilang pertjuma. Anehnja, kerugian-kerugian ini tidak terpikir oleh mereka. Dengan senang ia turun membantu tetangganja pada hari-hari jang lalu, sedang padinja sendiri sudah pada waktunja djuga dituai.

Kerugian jang kedua menimpa peladang-peladang jang kurang luas perladangannja, padahal ia sendiripun terikat dengan kebiasaan-kebiasaan tradisionil ini. Hari-hari kepunjaan masing-masingpun telah ditentukan atas permufakatan bersama. Untuk keperluan perhelatan ia mesti menjiapkan ini atau itu, mentjari babi, tuak, beras, ketan dan sebagainja. Semuanja itu kalau tidak punja tentu dengan djalan ,,pindjam" punja - kawan-kawan, jang nanti akan dikembalikan setelah musim tuai selesai. Pada hari jang telah ditentukan orangpun turunlah mempersama-samakan ladangnja itu. Tetapi sebab ladang itu memang kurang luasnja, kira-kira tengah hari pekerdjaan orang banjakpun selesai. Jang tinggal hanja berpesta-pesta sadja lagi, sambil makan minum menghabiskan makanan dan minuman perolehan berutang tadi. Direngkiang hanja setumpuk ketjil padi gabah, suatu djumlah jang mungkin tidak mentjukupi bagi keluarga tersebut.

Tjara perumahan didaerah ini djuga berbeda dibandingkan dengan pedalaman Kalimantan Timur. Orang -orang disini lebih menjukai rumah tunggal dari sistim balai, tetapi jang didiami oleh tunggal keluargapun djarang pula ada; jang terbanjak antara 2 à 3 keluarga.

Meskipun rumah-rumah mereka sudah berlainan, tetapi batinnja tetap berdjiwa kollektief, dibuktikan bila waktu ada kemalangan atau suatu pekerjaan jang menghadjatkan tenaga orang banjak, mereka tetap bersatu dan bergotong-rojong. Seseorang jang sedang sibuk dengan pekerdjaannja sendiri, tentu akan meninggalkan pekerjaannja itu . Ia tentu tidak senang tinggal sendiri dirumah, sedang orang lain beramai-ramai dengan suatu peristiwa.

Demikian antara lain tjara bertolong -tolongan antara rakjat djelata dipedalaman Kalimantan Selatan, suatu tjara jang masih mempunjai perbedaan pada umumnja dengan didaerah-daerah pesisir, tetapi djuga menundjukkan tanda-tanda kepada perubahan-perubahannja.

Proces perubahan-perubahan ini dipertjepatkan oleh kedatangan pedagangpedagang dari kota. Mereka datang keudik membawa adat dan kebiasaannja dihilir. Mereka djarang mau meminta ini dan itu kepada penduduk didaerah ini, tetapi sebaliknja djuga tidak mau memberi. Mereka mau sajur, beli - mau ikan. beli - mau telor ajam, beli, suatu tjontoh jang lambat-laun ditiru djuga oleh orang-orang diudik.

Lama-kelamaan kebiasaan ini mendjadi lumrah dikalangan mereka, meskipun pada mulanja tjara djual-beli itu hanja terdapat antara pedagang dan mereka sadja, tetapi sesama mereka tetap berlaku „,beri dan minta" . Achirnja dikalangan mereka sendiripun berubah djuga sedikit demi sedikit. Mereka sudah selalu mau dibeli sadja dan memintapun mulai segan. ,,Berat rasa lidah", katanja kalau utjapan ,,minta" itu, jang enak jaitu ,,beli "! Demikian, merekapun sudah mulai didjangkit oleh penjakit egoistisch", penjakit mendahulukan kepentingan sendiri daripada kepentingan orang lain.

303