Halaman:Kalimantan.pdf/288

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

 Oleh karena hal- hal itu anak-anak dengan sendirinja beranggapan, bahwa tjara inilah sekolah jang sebenarnja. Kegirangan anak-anak itu terbawa pula kepada orang tuanja, jang dengan tidak insaf, bahwa diri dan keluarganja sudah kemasukkan sistim pendidikan jang telah dirantjang oleh Djepang untuk mengikat diri dan djiwa bangsa Indonesia.

 Rumah manakah dan kampung manakah, sampai kelorong -lorong sekalipun jang tidak digetarkan oleh irama Djepang dahulu itu? Gerak badan: itj-ni-san- si atau kekeasi tampak dimana-mana. Pesta-pesta pertemuan, perpisan dikalangnan pegawai dan partikelir kurang meriah kalau tidak diadakan „njanjian beranting". „Ai koku no hana”, „Gun kan kusin kyoku”, „Kizuke Dai Toa" mendjadi apalan muda dan tua untuk dipergunakan sewaktu -waktu ada resepsi-resepsi.

 Pasal menulis, membatja dan berhitung disekolah-sekolah, itu disebut pengetahuan kedua, ketiga dan seterusnja. Jang terpenting ialah njanji, taiso, kinrohosi - semangat, katanja. Gembira Djepang melihat kehausan orang Kalimantan akan peladjaran-peladjaran, dan kehausan ini dipergunakannja untuk menarik hati rakjat. Beberapa sekolah baru kemudian didirikannja djuga seperti: Sekolah Menengah, Sekolah Tehnik, Sekolah Guru, Sekolah Pertanian. Para pendidik bangsa Indonesia jang paham, menggeleng-gelengkan kepala dengan sembunji karena mereka tahu tenaga gurunja tidak ada. Djepang mendjandjikan guru-guru dari Tokyo, tetapi mereka itu datang ternjata tidak mempunjai ketjakapan dalam pengetahuannja. Tudjuan mereka terutama untuk ,,mendjepangkan" rakjat mulai dari anak-anak. Seorang jang tak tahu banjak akan ilmu ukur dan perspektif, lalu mengaku dirinja ahli „melukis”, demikian pula dalam hal lain-lain.

 Penjebaran bahasa Djepang dipergiat sekali. Matjam-matjam daja penarik dıpergunakan. Hendak diadjarnja bahasa Djepang itu setjara kilat. Djepang ternjata rojal dengan bahasanja, tidak seperti Belanda jang pelit itu. Huruf Djepang kata kana dan hiragana - disiarkan dimana -mana, malah memberantas butahurufpun dengan huruf Djepang. Biar tidak pandai membatja latin, asal tahu katakana sudah bukan buta-huruf lagi. Demikian, bahasa Indonesia-pun ditulis dengan huruf Djepang jang berkekurangan itu .

 Udjian-udjian bahasa Djepang dipermudah, hingga banjak jang merasa dirinja fasih berbahasa Djepang. Padahal kalau menurut sjarat bahasa, kepandaian itu masih dibawah nol. Jang lebih aneh lagi, guru-guru Sekolah Menengah dipaksa mengadjar dalam bahasa Djepang. Tentu akibatnja sama-sama tidak mengerti. Pendeknja, perguruanlah salah satu sumber mereka untuk ,,memperdjepangkan" penduduk.

 Lain dari itu Badan Penerangan Djepang - Eiga Sha dan Borneo Eihai merupakan sumber penerangan ,,memperdjepangkan "pula. Bukan pendidikan jang mereka sebarkan tetapi semangat tjinta Nippon, mentjari romusha untuk diperbudakkan, jang dipekerdjakan dalam perusahaan-perusahaan dan pertahanan ,, perang-sutji". Berkat keaktifan mereka termasuk - kaki-tangannja - penduduk mendjadi buta sebuta-butanja, terutama dikalangan rakjat djelata. Pudjian kepada orang -orang Djepang pada mulanja selalu dibibir.

 Bagaimana sesudah perang?

 Pendidikan dimasa pemerintah Djepang baru sekarang dirasa kekurangannja, pendidikan itu djauh menjimpang dari pendidikan Internasional, sehingga para

284