Halaman:Kalimantan.pdf/186

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

 Demikian djuga politik kehutanan jang didjalankan didaerah Kalimantan Barat tidak ubahnja dengan apa jang dialami oleh rakjat Kalimantan Timur, tetapi agak teratur dalam urusannja: Luasnja daerah Kalimantan Barat 146.760 km², 42.000 km2 terdiri dari hutan rimba, 63.000 km2 hutan muda, 38.000 km2 alang-alang dan tanah, 1170 km2 jang terdiri dari tanah rumput belukar, dan sedjumlah 1860 km2 tanah-tanah makanan, sedang hasil kaju untuk pertukangan 58.400 m³ dan hasilnja ƒ 4.62 miljun. Djawatan Kehutanan dapat menghasilkan 33.327 m³, dari hasil ini dibagi-bagikan kepada perusahaan gergadji partikulir sebanjak 24.667 m³.

 Sebelum perang dunia kedua, kaju Kalimantan telah mendjadi barang export keluar negeri, jang sebagian besar terdiri atas kaju-kaju bundaran jang pada ketika itu dikerdjakan oleh Maskapai Djepang, jaitu Nangyo Kaisha. Selain daripada itu tidak sedikit djumlah kaju gergadjian jang dikirimkan ke Eropah. Setelah penjerahan kedaulatan, maka perusahaan kaju itu berada dalam penilikan Djawatan Kehutanan, jang terutama memberikan bantuannja kepada perusahaan kaju partikulir.

 Diantara perusahaan kaju partikulir jang bonafide dalam industrie kaju ialah sebuah Firma jang terdapat di Loa Kulu, Kalimantan Timur. Karena banjaknja kaju-kaju di Kalimantan jang terdiri atas djenis-djenis jang amat baik bagi bahan pembikinan kapal dan lain-lain sebagainja, dapatlah dipastikan, bahwa di Kalimantan dapat didirikan perindustrian kaju, misalnja fabrik triplex, kertas dan lain-lain. Demikian djuga halnja dengan rotan, senantiasa merupakan sumber penghasilan jang baik bagi rakjat, karena ketjuali dapat didjadikan bahan untuk huis-industrie, buat membikin kursi, medja tikar dan lain-lain sebagainja.

 Walaupun pada dewasa ini rotan Kalimantan sebagian masih merupakan bahan untuk diexport keluar negeri, sedangkan jang dipergunakan untuk kebutuhan rakjat sendiri masih amat ketji djumlahnja, akan tetapi memberikan kemungkinan-kemungkinan jang baik untuk menudju kearah industrialisasi jang luas. Hasil dari rotan-rotan ini dalam daerah Kapuas didjadikan tikar dan lain-lain anjaman jang dikerdjakan oleh kaum wanita dari golongan Dajak, dan tikar-tikar itu kemudian dibawa kepasar untuk diperdagangkan, bahkan djuga diexport keluar daerah, terutama ke Tiongkok dan Philipina.

 Tjara membuatnja masih amat sederhana, tetapi sekalipun demikian menundjukkan suatu hasil seni jang indah kelihatannja. Rotan jang biasanja dipergunakan untuk tikar, ialah rotan Tandjung, dan untuk memperoleh selembar tikar jang berukuran 2 × 1,60 m, memerlukan 90 potong rotan jang pandjangnja 2 meter, serta garis menengahnja rata-rata 12 mm. Setelah rotan-rotan itu dibelah, diraut hingga sampai lebarnja 2 mm. tipis, barulah rautan rotan itu ditjelup dengan sedjenis daun jang mengandung getah jang berwarna-warna, sehingga kalau tikar itu telah selesai terdjalinlah suatu kombinasi warna jang amat molek dan berharga.

 Banjak lembar dari pertjampuran warna itu lebih-kurang 1260 lembar rotan jang telah diraut, jaitu dalam kwaliteit sedang dan untuk kwaliteit jang lebih baik banjak pula djumlah lembarannja. Seorang wanita jang sudah tjekatan dan mahir dapat menjelesaikan pekerdjaannja membikin selembar tikar dalam waktu 10 hari, sedang harga selembarnja Rp. 70,― sampai Rp. 80,―. Pada waktu pendudukan Djepang wanita-wanita jang selalu menganjam tikar, menukar

182