Halaman:Kalimantan.pdf/161

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

pembangunan, rakjatlah jang langsung menderita malapetaka ini. Belum lagi kalau mau mengarahkan pandangan ke Djawa atau Sulawesi, dimana grajak, pengatjau dan entah apa pula namanja, selalu menarik kurban dari pihak rakjat, rakjat jang tadinja berdjuang turut menegakkan kemerdekaan negara, dengan pengharapan bisa makmur dan bahagia. Tetapi sebagian besar dari tjita-tjitanja itu dihumbalankan dan diruntuhkan oleh saudara sebangsanja jang djadi grajak dan pengatjau itu. Entah tadinja, diantara orang-orang ini, ada jang pernah bahu-membahu dimedan bakti sewaktu bergerilja. Begitulah di Djawa, begitu di Sumatera, begitu pula di Sunda Ketjil dan demikian halnja di Kalimantan.

 Lebih-lebih lagi selama berketjamuknja revolusi dan pertarungan sendjata jang merupakan total „people defence", rakjat telah memberi pengorbanan besar. Mereka djadi sasaran peluruh musuh, entah ikut bertempur atau tidak, entah pemanggul sendjata atau patjul, semua menambah djumlah kurban, kurban perang total. Demikianlah kurban-kurban itu makin bertambah angkanja, namun para pedjuang tak hiraukan ini. Tekad mengusir pendjadjahan asing terpateri teguh dalam hati-sanubarinja. Djatuh mendjadi kurban adalah lumrah. Dalam tiap-tiap pertarungan dan pergolakan tak dapat tidak mesti djatuh kurban, tetapi kalau tjita-tjita tertjapai, terpatjaklah Bendera Merah Putih se-Nusantara dan Merdekalah Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

 Dengan sampainja ketitik perhentian, dimana sudah ada kesempatan untuk memperbaiki dan membangun, maka diadakanlah perhitungan jang teliti mengenal perangkaan Angkatan Perang. Sama halnja dengan ditempat-tempat lain, maka Kalimantanpun demikian pula.

 Sekarang baru disadari betapa banjaknja tenaga jang telah dikerahkan mengusir musuh. Kalau djumlah sebanjak ini terus-menerus ditempatkan dalam Angkatan Perang pajahlah Negara, tak terbelandjai olehnja. Padahal keperluan lain timbul pula bermatjam-matjam semuanja menghendaki uang dan tenaga. Maklum Negara jang masih muda.

 Untuk menghindarkan pengeluaran jang dianggap dapat dielakkan ini, maka oleh Pemerintah dilakukan beberapa seleksi dikalangan ketenteraan:

  1. Pengembalian Bekas Pedjuang kedalam masjarakat.
  2. Demobilisasi (pengembalian bekas pedjuang bersendjata) kedalam masjarakat.

 Dimaksudkan dengan jang pertama (1) ialah mereka jang tadinja turut bertempur dalam medan gerilja waktu berevolusi, tetapi tidak sempat diresmikan sebagai Angkatan Perang, dan jang kedua (2) ialah pedjuang-pedjuang jang telah diresmikan. Golongan kedua ini sekarang dikenal dengan nama C.T.N. (Corps Tjadangan Nasional) ditaruh dibawah penilikan B.R.N. (Biro Rekonstruksi Nasional).

 Tjaranja mengembalikan pedjuang-pedjuang di Kalimantan (1) jaítu dengan memberikan tanda-djasa kepadanja dan uang sangu sebanjak Rp. 50.-. Tidak ada artinja memang, kalau dipandang dari sudut kebendaan, tetapi nilainja dalam mengabdi kepada Tanah Air, pedjuang-pedjuang ini boleh merasa bangga akan dharma bakti jang telah ditumpahkannja. Selembar kertas tanda-djasa berlampirkan uang Rp. 50.— adalah bikinan manusia, tetapi amal dan pengurbanan tetap dalam pengetahuan Tuhan.

157