Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/50

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

“Kamu tahu sama dia, namanya Jauza,.” jawab Kak Seto, senior tergalak.

“Saya tahu, kami saling mengenali, kok, benarkan, Za?” jawabnya lembut mulai mendekatiku. Ya Rabb, hatiku berdegup kencang, rasanya aku benar-benar mengenalnya.Tapi, sungguh, aku tak sanggup menatapnya. Aku memutar otak, tapi yang muncul di pikiranku hanya Kak Raiz, seorang dambaan hatiku, yang telah meninggalkan seberkas kenangan indah di hatiku, tapi dia telah pergi jauh. Dan, aku tak tahu, dia di mana. Tapi, jujur, hatiku tak pernah bisa melepaskan cintanya. Ar Raiz Najaf J., itu namanya, dan baru aku teringat, nama terakhirnya berawal J, mungkinkah? Serentak hatiku terkejut, saat seorang mahasiswa datang dan meneriakkan cukup lantang.

“Raiz, program bea siswamu diterima.”

Hatiku terasa remuk sudah, dugaan itu benar. Dia memang kekasih yang aku cari. J adalah Jauzi. Dan dia kini begitu dekat denganku. Anugerahkah ini?

Aku menatap lariannya menuju luar, aku menangis haru, deras sekali. Yang aku cari sudah kutemui. Kak Seto tertawa keras, dia merasa sudah berhasil membuatku menangis, seandainya dia tahu, apa maksud tangisku. Seketika ruangan senat kosong, para senior berdiri di luar untuk memberi selamat pada Kak Raiz, cintaku.

Aku menatap dua orang gadis yang masih tetap duduk manis di sebelahku.

“Jauza.” Aku memperkenalkan diriku pada seorang gadis berjilbab dan gadis manis di sebelah kiriku.

“Ansari,” jawab yang berjilbab.

“Sissy,” ujar gadis lembut dan manis itu.

Kami pun bercengkrama bersama. Tak terasa setengah jam telah mempersatukan rasa kami.

***

Prof. Dr. Nurul Akbar, Sp. P.D., guru besar favoritku, hari ini kami akan mengambil mata kuliah bersamanya. Salemba sejuk sekali. Ini hari pertamaku di sana. Aku mencintai kampusku, sangat, Bangunannya yang kokoh membuatku bangga menyebutkan namanya. Fakultas yang berdiri pada