Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/46

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

tak tahu milik siapa. Lari Tulin melambat.

“Ini rezeki...,” pikir Tulin.

Lama. Tulin memperhatikan tas yang baru saja ada di tangannya sembari terus mencoba merangkai langkah cepat menjauh dari pemilik toko yang tadi membuatnya basah kuyup. Warna tas itu hitam berkilat. Tebal. Tampaknya, ia kepunyaan kaum kalangan atas. Hati Tulin tergerak. Perlahan tangan mungil kumuhnya memegang resleting tas tersebut. Jantungnya yang berdebar kencang, menjadi semakin kencang. Tas terbuka dan ujung-ujung kertas berharga tersembul dari dalamnya. Uang. Tulin tidak lagi berlari.

Tulin baru saja akan tersenyum saat mendengar keributan dari kejauhan. Sesaat ia memutar tubuh, mencoba mengetahui gerangan apa yang terjadi. Tiba-tiba segerombolan orang sudah berada di hadapannya. Mereka langsung merebut tas hitam yang tetap ia pegang erat. Untuk selanjutnya, kemarahan memuncak. Mereka memukul Tulin bertubi-tubi, terus tiada ampun.

Tulin, sekecil itu, menerima hantaman demi hantaman. Tak ada yang dapat diperbuatnya. Ia hanya diam memagut diri menahan perih untuk tubuhnya dan untuk kehidupannya. Ia tidak menangis.

Tulin, bocah itu, terbujur dengan luka. Napasnya masih ada. Sedikit. Tiada yang peduli.

Tulin, umurnya baru sebelas tahun.

* batang aia: sungai

34