Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/45

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

yang ujungnya entah di mana. Namun, satu kepastian saat itu adalah ia tidak menangis.

Hitungan detik telah ia lalui, sejumlah jam sudah ia tempuhi, puluhan hari habis ia jalani, Tulin tetap melangkah dalam ketiadaan arah. Rumahnya kini paling luas, yakni berlantai bumi beratap langit. Di mana pun berada, ia tidak lagi takut. Dan kini jalan hidup telah membawanya di sini, di sebuah emperan toko di suatu kawasan pasar, tepat berada di depan persimpangan. Ia baru saja mendudukkan tubuh mungilnya sembari melepaskan sedikit lelah setelah melakukan pengembaraan tak berujung. Saat itu kenangan keluarganya (emak dan bapak) kembali terlintas di benaknya.

Mengenai emak dan bapaknya, menurut kabar terakhir yang sempat ia dengar saat hari pertengkaran itu emak akhirnya lari, membawa sesobek luka di kepalanya, dan tak ayal lagi, darah berserakan sepanjang jalan yang emaknya lalui. Seterusnya, tak ada lagi yang tahu di mana rimba emaknya.

Sementara itu, ayahnya ditemukan oleh penduduk kampung di batang aia yang ada di belakang rumahnya tanpa nyawa. Ja tewas saat dikeroyok oleh rekan sepermainan dalam sebuah perjudian beberapa hari setelah emaknya pergi.

Tulin masih tetap tidak menangis.

“Hey... gembel, pergi kau. Ini toko, bukan kolong jembatan. Kau merusak suasana, kutukan. Lihat! tak ada lagi pembeli...”

Tiba-tiba seorang lelaki sudah berdiri di belakang Tulin, pemilik toko. Badannya tegap berotot, mukanya kelihatan Karang (lengan sedikit kumis menghiasi bibirnya. Selanjutnya seember air ia siramkan ke tubuh kurus Tulin. Tulin lari. Kencang. Menjauh dari toko tersebut.

Tanpa ia duga seorang pemuda memegang tangan kurus kumuh Tulin dan meletakkan sebuah tas ke dalam genggaman Tulin sembari terus berlari. Kasar. Entah apa yang dipikirkan si pemuda, Tulin juga masih berlari.

Kejadian itu berlangsung sekejap mata, mungkin kurang. Kemuda itu tetap berlari meninggalkan Tulin dalam naungan rasa bingung dan heran yang tiada terkira. Tulin teramat tidak mengerti ketika menerima tas kulit berwarna hitam yang ia

33