Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/190

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

hanya mengupah ke sawah orang. Sawah yang dulu mereka garap bersama abaknya kini telah ditebus oleh yang punya. Uang tebusan itu telah pula digunakan untuk biaya .... untuk masuk perguruan tinggi di Padang, dan .... dengan Amak sepeninggal Abak.

Ingatan Jain pun menyesak di kepalanya. Ia tak tahu apa yang akan dikatakannya nanti kepada Uda Kiman. Ia sudah mengirim surat atas semua permasalahan ini. Suratnya itu tak pernah dibalas-balas. Kata seorang temannya yang baru kembali dari Jawa, yang kebetulan bertemu Kiman di sana, “Ia tak akan pulang-pulang. Kau telah mengecewakan hatinya. Ia bekerja di Jawa selama ini hanya karena supaya bisa menikahimu!”

Betapa tambah renyuh hatinya mendengar itu. Ia telah terlalu bersalah pada orang yang mencintainya...dan ia juga mencintai lelaki itu.

“Maafkan saya, Uda!” bisiknya dalam hati yang terasa mengecil dan lisut itu.Air matanya menetes lagi. Ia tak ingin mengenang siapa pun kini. Ia telah coba meyakinkan dirinya berulang kali, tapi tak bisa.

Sementara itu, tuan Michael masih memeluknya dari belakang. Tubuh mereka .... bergoyang pelan, seperti berdansa dengan iringan musik yang juga begitu pelan. Lelaki itu seakan-akan tengah bertarung dengan degup jantungnya sendiri, yang kian lama kian terburu. Keberadaan mereka di sana membuat bayangan hitam di dinding kamar yang putih susu. Sesekali bayangan itu bergoyang lebih kencang karena angin menggerai gorden, seperti bayangan hantu yang menyeramkan.

Sanama melenguh pelan. Ia mendesis. Ia pun berbalik menghadap lelaki itu. Air matanya lenyap dalam gelap. Lelaki itu makin merapat.

Sanama mencoba tersenyum.

Catatan: Pantun dikutip secara serampangan dari sebuah pertunjukan rabab

178