Halaman:Jemari Laurin Antologi Cerpen Remaja Sumbar.pdf/163

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Toko itu luar biasa menakjubkan! Jika dilihat dari luar, biasa-biasa saja, pemandangan di dalam lebih hebat lagi. Toko yang luas itu, tiga perempatnya dipenuhi oleh meja-meja yang dihiasi kain warna berenda yang sangat manis. Di atasnya terdapat kue-kue dalam bentuk yang berbeda-beda dan tertata rapi. Kami tak lepas-lepasnya memandangi kue-kue itu. Bahkan, kami tidak menyadari kehadiran si pemilik toko hingga ia mendatangi kami sambil bergumam, "Menarik sekali kue ini?"

"Ah, ya!" seru Bang Koko kaget.

Sebetulnya kami kaget bukan hanya karena disapa tiba-tiba, tapi juga karena penampilannya yang aneh dan lucu. Ia memakai kemeja bermotif hitam dan masih memakai celemek yang kotor adonan dan selai. Anehnya, celemek itu juga berenda, seperti alas meja yang ada di toko itu dan dihiasi beberapa pita warna-warni, ditambah lagi, topi yang menjadi ciri khas seorang koki bertengger di kepalanya dengan hiasan boneka perempuan yang mungil. Penampilannya benar-benar kacau dan sangat aneh.

Akhirnya, kami membeli tiga kue cokelat berbentuk bintang dan sekotak kue manis.

Kami pun keluar dari toko itu diiringi ucapan "terima kasih". Kami benar-benar tidak percaya dengan apa yang terjadi. Toko yang masih buka di malam hari dan toko itu adalah toko kue yang dimiliki oleh seorang pria aneh berumur 30-an tahun. Sepanjang jalan kami terus bercerita tentang keanehan itu sambil menikmati kue yang tadi kami beli, sedangkan sekotak kue manis itu diberikan Bang Koko daku karena Bang Koko merasa malu membawa kue ke tempat kerjanya di salah satu stasiun radio di kota kami.

"Lho, Riska kenapa melamun? Seperti bukan Riska yang biasanya," ujar temanku. Dia bernama Desi Angraini. Desi dapat dikatakan sebagai anak yang biasa-biasa saja. Tidak suka meninggi hati dan berkata kasar. Aku senang memiliki teman seperti dia.

"Eh, Desi! Tidak ada apa-apa, kok!" ucapku santai.

Walaupun aku berkata demikian, ia tetap memandangiku. Sepertinya, ia tahu bahwa aku berbohong.

151