Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/54

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

kepribadian bangsa Djepang sendiri, suatu dejapanisasi. Djika jang terachir ini halnja, maka kembali penilaian kita akan bergeser kepada persoalan drama nasional modern Indonesia. Patut disebut, bahwa pengaranaan drama „Ajahku pulang” itu disamping hasil² jang memuaskan terdapat kekosongan momen² psikologik jang harus diisi. Akan tetapi kebanjakan dari momen² psikolegik itupun telah diisi oleh para pemainnja dan terutama kepada suteradaranja (W. Sihombing) ini kita pudjikan sebagai prestasi jang tjukup baik.

 Kegiatan² ATNI Djakarta tidak hanja terbatas diibukota sadja, melainkan sekali² mengadakan perlawatan keluar kota. Demikianlah dalam pertengahan kedua dari bulan Nopember ATNI mengadakan perlawatan ke Bandung. Di Bandung atas undangan Panti Kesenian Bandung ATNI memainkan Mak Djomblang, sebuah drama jang disadur dari karja Gogolj dan Hutan Membatu, sebuah drama jang disadur dari karja Robert Emmet Sherwood. Dalam menjaksikan pertundjukan² ini, terutama Mak Djomblang, ternjata, bahwa publik Bandung agak kurang spontan dibandingkan dengan publik Djakarta. Hal ini kiranja dapat dipahami apabila kita mengingat, bahwa Djakarta sebagai ibukota mempunjai publik jang telah lebih masak. Dapat pula dipahami reaksi „Pikiran Rakjat Bandung jang menulis se-akan² Mak Djomblang mengandung isi jang kurang sopan. Pendapat ini menundjukkan, bahwa resensen kurang menempatkan dirinja sebagai pembimbing masjarakai dalam hal tjitarasa seni, melainkan menampilkan diri belaka pada suaiu puritanisme jung kaku, dibikin² dan tidak mengandung kewadjaran. Kita kira, bahwa „Pikiran Rakjat” tidak menjelami kenjataan psikologik dari masjarakat Sunda jang setjara wadjar dan djudjur tldak mungkin menganggap Mak Djomblang sebagai dialog jang kurang sopan. Kita harap, bahwa ATNI akan banjak berkundjung kesana. Umpamanja pada kesempatan simposion kebudajaan jang menurut rentjana akan diadakan di Bandung dalam pertengahan tahun 1960 ini.

 Demikianlah kita dengan gembira terus-menerus mentjatat kegiatan² teater di-kota² Indonesia ini. Di Bogor dalam achir bulan Nopember lelah dilangsungkan suatu pesta senidrama, jang konon adalah jang ke-5 kalinja. Siaran „Ilmu dan Seni” Radio Republik Indonesia berhubung dengan itu mentjatat, bahwa dengan demikian akan kita lihat betapa teater merumuskan atau mendjadikan kesadaran, rasa dan pengalaman jang hidup didalam hati rakjat, dan dengan demikian terbuka pula suatu kesempatan untuk mendidik diri-sendiri. Ketjuali itu panggung dapat mendjadi alat pengungkapan apa jang terkandung didalam hati rakjat, sebagai suatu alat demokrasi. Dengan kegiatan² teater itu dapat pula dipergunakan untuk menjampaikan pikiran atau tjita², jakni teater jang mempengaruhi orang banjak.

(Ditutup achir Desember 1959)
W.S.