Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/196

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

negara. Minoritet masih ingin tetap sadja mempertahankan golongannja dengan eksklusivitelnja, Membedakan dan mengasingkan diri berarti mengundang diskriminasi.


Ada dikatakan oleh sementara orang bahwa asimilasi adalah proses lama dan tak mungkin terdjadi; lalu banjak tjontoh2 dari minorite2 jang tak terlebur dikemukakan. Memang hal jang pertama ini benar, tetapi tiap pembentukan bangsa kesatuan meminta waktu jang lama, tetapi di Indonesia mungkin tak sedemikian lama seperti disangka banjak orang. Indonesia tak mengenal prasangka rasial, tak mengenal prasangka agama, pun soal tjiri2 physis tersendiri dari golongan minoritet tak dapat mendjadi soal jang besar. Sebab mata sipit, kulit kuning dan lain2 tjiri bangsa Mongool djuga dimiliki oleh orang2 Indonsia asli". Jang sebetulnja mendjadikan golongan minoritet, adalah bukan prasangka rasial seperti di Amerika, pun bukan prasangka agama seperti di Eropah dengan bangsa Jahudi, tetapi politik dan sedjarah jang membentuk golongan peranakan ini sebagai suatu golongan tersendiri dalam masjarakat.. Dengan merobohkan sisa2 zaman lampau ini dengan menghilangkan tjiri2 jang njata, seperti nama2, dll, maka asimilasi dimadjukan.


Minoritet2 Negro dan Jahudi sering diambil oleh orang jang anti-asimilasi sebagai tjontoh untuk membuktikan bahwa persoalan minoritet tak dapat dipetjahkan dengan asimilasi. Ini dilakukan dengan melupakan bahwa tiap bangsa (pation) terdiri dari minoritet2 jang terlebur mendjadi satu bangsa atau dari minoritet jang dilebur dalam suatu kelompok jang lain. Kita tak usah porgi djauh2, suku bangsa di Indonesia sadja mempunjai elemen2 India, Tionghoa, Arab dll. Di Eropah dimana bangsa Jahudi merupakan minoritet, bangsa2 Perantjis, Djerman dll. terdiri dari ber-matjam2 suku2 bangsa. Amerika, dimana bangsa Negro tak terlebur, merupakan tjontoh lain jang djelas dan jang masih hidup. Mengalakan bahwa minoritet² tak dapat dilebur berani tak mengakui atau melupakan sama sekali bahwa dalam seluruh sedjarah terdjadi emigrasi2 bangsa2. Kelompok2 jang tak terlebur itu hanja merupakan keketjualian2, dan keketjualianª ini mempunjai sebab2 jang chusus berlaku bagi mereka.


Di Amerika ada prasangka rasial terhadap orang2 kulit berwarna. Semua emigran2 dari Italia, Perantjis, Djerman, Polandia, Inggris, Skotlandia dll. dapat dileburkan dengan banjak atau sedikit kesukaran, ketjuali bangsa2 Negro, Tionghoa. Djepang dat. karena adanja prasangka rasial tadi. Djadi bukan karena suatu minoritet (biarpun nama2 mereka sama dil) tak dapat diasimilir oleh majoritet, tetapi karena sifat² masjarakat Amerika.


Tapi Indonesia sjukur bukan Amerika. Di Eropah hal jang sama terdjadi, jaitu ada prasangku agama terhadap bangsa Jahudi. Selain dari itu bangsa Jahudi sendiri tdak mau diasimilir, dan dengan sekuat tenaga selalu mempertahankan diri sendiri sebagai suatu kelompok. Bangsa Jahudi mempunjai perasaan sebagai suatu bangsa jang terpilih oloh Tuhan", bungsa kesajangan Tuhan". Perasaan ini dipertebal karena pengadjaran2 agama di Eropah dan karena lain hal, sehingga pengharapan mereka akan dibebaskan oleh seorang Messia dari Tuhan sangat dipertebal dan ini membuat mereka lebih2 mempertahankan kelompok.


Tak dileburkannja minoritet Itu sering djuga salahnja siminoritet sendiri jang mempertahankan kelompoknja. Memang dari majoritet djuga ada halangan2 seperti pertentangan agama Kristen dan Jahudi di Eropah dll. Tetapi halangan2 dari majoritet di Indonesia ini sedikit sekali dan menurut pendapat penulis kesukaran terbesar terletak pada minoritet. Di Indonesia rintangan² seperti agama, adalah ketjil. Prasangka warna kulit dan tjiri2 rasial hampir tak ada. Rintangan2 lain seperti adat-istiadat, larangan2 beberapa matjam makanan jang haram dil. makin lama makin tak terasa di-kota² dan pun hal2 ini tak merupakan halangan2 besar.