Halaman:Indonesia Madjalah Kebudajaan Edisi Djanuari-Pebruari-Maret.pdf/140

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

DR. LIE POK LIEM:

PRASANGKA

SUATU ANALISA PSYCHOLOGIS

MENGINGAT bunji istilah ini, maka prasangka berarti suatu sangka-jang-telah-dito-tapkan-terlebih-dahulu atau lebih tepat lagi, suatu sangka jang diutjapkan berdasarkan suatu sikap alau kejakinan jang telah dimiliki terlebih dahulu terhadap suatu objek, seorang pribadi atau beberapa pribadi tertentu. Apabila dalam hal jang normal dan tepat kami baru sampai pada suatu pendapat atau penilaian sesudah dapat dibuktikan bahwa dasarnja berlaku umum, dan setelah mana suatu sikap atau kejakinan tertentu terhadap penilaian itu mungkin terbeniuk, maka sebaliknja halnja dengan prasangka, jaitu suatu kejakinan atau suatu pendirian tertentu dianggap sebagai sesuatu jang berlaku umum dan berdasarkan hal itu kami memberikan suatu penilaian atau pendapat.

Menjambung apa jang telah kami utarakan tadi, dapatlah kami katakan bahwa prasangka itu, dililik dari sudul teoretis, mungkin menguntungkan dan mungkin merugikan seseorang. Akan tetapi, dalam bahasa se-hari kila hanja berbitjara tentang prasangka apabila kita a-priori mempunjai suatu pendirian jang merugikan atau merendahkan. Kami banja akan mengikuti pemakaian kata itu dalam bahasa se-hari² dan berhubung dengan itu kami hanja akan berusaha menjelami prasangka itu dalam arti kata jang negatif. Untuk dapat melakukan demikian, kami meraih kembali kepada suatu peristiwa, jung terdjadi beberapa waktu jang lalu, ketika kami, bersama beberapa teman dari Djokja, naik oto menudju ke Kaliurang. Djalannja agak sunji dan segala sesuatu disekitar kami tampak tenang, ketika se-konjong terdengarlah claxon jang njaring. Kami hampir tidak ada waktu untuk meminggir kekiri, ketika sebuah oto besar melewati kami dengan tjepat sekali dan dengan sangat membahajakan. Agak terkedjut dan sambil merasa heran, sopir kami dari Djokja menatap kepada oto jang baru lalu ile lalu katanja dengan suatu gaja jang se-akan2 menerangkan seluruh peristiwa itu: „Oh, oto Djakarta". Memang, dengan utjapan itu sopir kami hendak menjatakan kepada penumpang lainnja apa jang disangkanja mengenai peristiwa itu. Dengan utjapan itu ia menjatakan, bahwa kini sudah djelas baginja mengapa oto itu melewati kami dengan demikian tjepat dan dengan demikian membahajakan, jakni: karena oto itu adalah oio Djakarta". Hal ini berarti pula baginja bahwa pengendara olo štu djuga seorang sopir Djakarta. Dengan lalu perkataan, dengan uljapaanja "Oh, itu oto Djakarta" la memberikan pendapat atau penilaiannja mengenai sopir jang berasal dari Djakarta, jaitu bahwa semua sopir dari Djakarta melewati oto lain dengan tjara tadi, atau lebih lagi, bahwa semua sopir Djakaria berlaku domikian didjalanan, djadi mereka mengendarai mobil mereka tanpa tanggungdjawab dan dengan sangat membahajakan. Lalu ditambahkannja bahwa mereka sama sekali tidak sajang akan oto mereka, mereka lala! sekali dengan oto mereka. Djadi, utjapannja mengandung suatu "pendapat atau penilalan" tertentu.

Kini kita hendak mempeladjari bagaimana la sampai pada penilaiannja itu. Keadaan sebenaraja ialah bahwa sebuah oto dari Djakarta melewatinja tanpa memberikannja tjukup waktu untuk meminggir, lain tidak. Djelaslah bagi kita bahwa peristiwa ini sadja, tidak merupakan suatu alasan untuk mengutfapkan pendapat tadi, se-akan2 pendapat ini berlaku umum untuk semua sopir Djakarta.

Setelah ditanja, maka ia mentjeriterakan bahwa ia pada suatu hari, waktu ia belum demikian lama mendjadi sopir, pergi Djakaria dengan madjikannja dan pada waktu